Secarik Kertas #2 Wanita Kemarin
Sebuah Novel “Wanita Kemarin”
Derly menepuk jidat dan menampar
pipinya sendiri karena tak habis pikir dengan sikap dingin yang diperagakan
wanita tadi. Padahal, ia berharap muncul interaksi yang berujung pada
perkenalan. Namun, tampaknya takdir belum merestui akan pertemuan itu. Bahkan
sekedar bertukar sapa pun tak sempat. Padahal hanya sebuah kata saja yang
dikeluarkan dari kedua bibir wanita berparas ayu di sore dapat membawa angin
segar bagi Derly.
Tiba di rumah, Derly segera
bergegas masuk ke dalam kamar dan kembali membuka lembaran pertemanan yang ada
di seluruh akun sosmednya. Berharap ada jalur pertemanan dari temannya teman
Derly yang berteman dengan wanita kemarin, begitu Derly sering menyebutnya.
Yaaa, wanita kemarin. Setelah menyortir satu persatu nama dan wajah, tak
ditemukan satupun yang mirip dengan wanita kemarin. Namun, Derly tak menyerah.
Karena yang Derly tahu, wanita itu tinggal tak jauh dari pusat Kota tempat
Derly menetap saat ini.
Selepas mandi dan makan malam,
Derly kembali mencoba daya upaya untuk menemukan siapa gerangan wanita yang
selama ini mengganjal di lubuk hatinya. Jika kemarin ia mengobrak-abrik data
pencarian di sosmed, mencocokkan jalur pertemanan, kini ia melacak wajah wanita
yang baru saja ditemuinya tadi sore dengan bantuan mimpi. Namun tentu sebelumnya
harus disertai dengan ritual yang berisi kalimat-kalimat toyyibah. Hanya dapat dilakukan
dalam keadaan suci dan pada waktu-waktu tertentu.
***
Esok hari, Derly berangkat ke
kampus dengan wajah ceria. Berharap hari ini bertemu dengan wanita yang hadir
dalam pikirannya beberapa kali. Bahkan sempat bertemu kebetulan di taman tempat
biasa Derly menikmati keindahan alam. Dengan kemeja lengan pendek dan celana
semi jeans ditambah sepatu pantofel, Derly melaju motornya menuju kampus yang
hanya berjarak 5 kilometer dari
kontrakannya. Tak lebih 10 menit, Derly tiba di kampus dan mencari lokasi
parkir di pojokan dekat pohon rindang supaya melindungi si Vegar dari sengatan
mentari yang sedang menunjukkan kehebatannya.
Sebelum masuk ke dalam kelas,
Derly biasa ngetem di salah satu organisasi kampus tempat ia menempah
softskillnya. Bahkan, jika bisa dihitung, waktu lebih banyak dimanfaatkan di
organisasi ini ketimbang di jam perkuliahan. Namun kali ini Derly tak berminat
lama-lama berada di sekretariat organisasi tersebut, ia lebih memilih mengitari
seisi kampus mencari inspirasi. Siapa tahu setelah berkeliling, Derly menemukan
ide untuk membuat sebuah komunitas di kampus ia bermetamorfosis.
Derly memilih perpustakaan untuk
persinggahan pertama. Ia sudah mulai tak mengenali perpustakaan utama setelah
berada di semester lanjut. Karena di
perpustakaan fakultas lebih menawarkan kebutuhan tugas-tugas kuliah. Sehingga
jika bisa dihitung, sebulan sekali belum tentu singgah di perpustakaan utama. Dilihatnya,
banyak perubahan mulai terasa. Mulai dari koleksi bukunya, maupun sistem
manajemen perpustakaannya. Walaupun tidak begitu mencolok.
Seperti biasa, Derly langsung
menuju ke rak buku yang menyimpan ensiklopedi Islam mancanegara. Buku ini salah
satu kesukaannya. Namun saat hendak mengambil buku, ada sebuah tangan yang
mendahului mengambil buku tersebut. Derly menoleh ke kanan dan melihat ternyata
buku yang hendak dibacanya lebih dahulu diambil seorang wanita dan berlalu
menuju sebuah kursi yang di depannya ada meja bulat cukup besar. Biasanya meja
tersebut digunakan beberapa mahasiswa untuk berdiskusi.
Derly kembali terbengong. Mau marah,
namun tidak tepat. Karena sasaran yang hendak dilampiaskan sudah berlalu. Akhirnya
ia mengelus dada dan mengambil buku lain dan menuju kursi terpisah dari wanita
yang merampas buku yang hendak dibacanya dengan sangat santun. Yah, elegan dan
tanpa pertimbangan. Ah sudahlah. Bukan rezekinya hari ini membaca buku itu.
Setengah jam berlalu, waktu
Dzuhur sudah masuk. Adzan mulai berkumandang di Masjid yang letaknya tepat
berada di depan perpustakaan. Derly bergegas meninggalkan bacaannya untuk
menunaikan kewajibannya. Saat melintasi meja bundar tempat wanita tadi membaca,
ia tak melihat seorangpun yang duduk. Pikirnya, mungkin wanita tersebut sudah
berlalu meninggalkan bacaannya.
Namun ia masih melihat buku ensiklopedia di
atas meja tersebut. Derly meraih buku tersebut dan melihat ada secarik kertas
yang terlipat di dalam lembaran buku. Ia mengambilnya dan ternyata secarik
kertas berisi sebuah nama dan alamat. Ia mengambilnya dan menyimpan di dalam
saku kemudian berlalu ke masjid.
***
Setelah kuliah selesai, Derly tak
singgah lagi di sekretariat. Ia buru-buru pulang untuk mengerjakan tugas kuliah
yang sudah menumpuk. Ia baru teringat kalau menyimpan kertas yang bukan
miliknya. Ia menuju dapur dan mengambil pakaian yang digunakan tadi siang. Namun
sayang sekali, pakaiannya sudah berada di dalam ember rendaman untuk dicuci
besok pagi. ia mengangkat kemeja dan merogok kantong, secarik kertas yang
bertuliskan biodata sudah berubah menjadi potongan-potongan bubur yang tak
kelihatan isi tulisannya.
Dengan rasa bersalah, Derly
berjanji mencari wanita yang memiliki kertas tersebut dan meminta maaf karena
telah mengubahnya jadi bubur. Caranya dengan stay di perpustakaan sebelum
Dzuhur seperti kemarin ia berpapasan dengannya. Malam ini, Derly tidur tidak
nyenyak. Karena merasa bersalah, bisa jadi kertas tersebut sangat penting bagi
wanita tersebut. Semoga besok ia bertemu dengan wanita tersebut dan
menyampaikan permohonan maafnya. Bersambung.
Secarik Kertas #2 Wanita Kemarin
Reviewed by Bamzsusilo
on
Rabu, Februari 08, 2017
Rating:
Post a Comment