Waktu Adalah Hidup. Jika Waktu Engkau Sia-siakan, Hidupmu Akan Sia-sia
B
|
ahtera
kehidupan takkan pernah mundur layaknya waktu. Dia akan senantiasa melangkah
seiring berlalunya roda perputaran masa. Jika manusia yang melakonkan drama di
dalam kehidupan tersebut tidak memanfaatkan masanya di dunia, tentunya takkan
ada lagi esok hari. Bahkan waktu akan mengacuhkan orang-orang yang
menyia-nyiakannya dan mengucapkan selamat mendapatkan kerugian nantinya.
Bila seseorang bertanya pada
dirinya masing-masing tentang salah satu nikmat yang sangat besar
dan berharga dimana keberadaannya tidak bisa dinilai dengan materi dan kekayaan
manusia, perjalanannya berlalu begitu cepat dan tidak terasa, dan tidak akan
pernah terulang kembali seperti sedia kala ! Maka apakah jawaban anda tentang
pertanyaan tersebut ?
Ya, sudah barang tentu waktu lah
jawabannya. Sebagai seorang muslim yang arif dan bijak, waktu diumpamakan
kehidupan. Apabila waktu ini habis, maka habislah kehidupan ini. Ada beberapa
alasan yang menjadikan waktu itu sangatlah penting, antara lain:
1. Waktu adalah modal yang lebih berharga dibanding harta
Semua orang
akan setuju jika waktu lebih berharga ketimbang harta. Alasannya jika saat ini
waktu tidak ada, apakah manusia ada?
Tentu mustahil bukan. Karena waktu adalah kehidupan manusia. Dia lebih
mahal dibanding harta. Andaikan 1 detik saja disuruh Allah SWT untuk membayar
Rp. 100 saja. Hitung saja dengan jumlah umur kita saat ini, langit dan bumi pun
tak sanggup membayarnya.
Semboyan
orang-orang Barat mengatakan waktu adalah uang yang kita jadikan pedoman
adalah bertentangan dengan syariat Islam. Karena waktu adalah ibadah, manusia
diciptakan untuk beribadah kepada-Nya, bukan semata-mata mencari harta.
2. Allah bersumpah atas waktu
Begitu
penting waktu dalam kehidupan makhluknya, bahkan Allah SWT bersumpah dalam
Surah Al-Ashr ayat 1 yang artinya:
“Demi masa”( Al-Ashr :
1)
Syaikh
Abdurrahman Nasir Sa’di rahimahullah di dalam menafsirkan ayat
tersebut berkata bahwa Allah SWT menjelaskan betapa meruginya manusia dalam
hidup ini secara umum kecuali apabila mereka memiliki empat sifat:
Sifat
pertama adalah beriman dengan apa-apa yang Allah SWT perintahkan, dan tidaklah
Iman itu akan bisa menjadi benar kecuali dengan Ilmu karena ilmu merupakan
cabang dari iman tersebut dan tidak sempurna iman seseorang kecuali jika dia
memiliki ilmu.
Sifat yang
kedua adalah amal shaleh yang mencakup semua kebaikan, mulai dari kebaikan yang
bersifat zhohir hingga kebaikan yang bersifat bathin, dimana hal itu berkaitan
dengan hak-hak Allah dan hak-hak hambanya baik hal-hal yang hukumnya bersifat
wajib ataupun yang bersifat anjuran.
Sifat yang
ketiga adalah saling menasehati dengan kebenaran tersebut (Iman dan amal shaleh)
artinya saling mendorong sesama mereka untuk saling menasehati.
Sifat yang yang keempat adalah saling menasehati dengan sabar, bersabar dalam menta’ati Allah SWT, sabar dalam menghadapi maksiat dan sabar dengan ketentuan Allah SWT atau dalam menghadapi musibah.
Sifat yang yang keempat adalah saling menasehati dengan sabar, bersabar dalam menta’ati Allah SWT, sabar dalam menghadapi maksiat dan sabar dengan ketentuan Allah SWT atau dalam menghadapi musibah.
3. Waktu adalah nikmat yang diminta pertanggungjawabannya
Sebagaimana
yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu SAW dalam haditsnya: “Tidak akan
beranjak kaki seorang hamba di akhirat kecuali setelah ditanya tentang empat
perkara: ditanyakan tentang umurnya lalu bagaimana ia menggunakannya dan
ditanyakan kepadanya tentang ilmu yang didapatkannya lalu apa yang dilakukannya
dengan ilmu tersebut, ditanyakan kepadanya tentang harta yang ia dapatkan dari
mana ia mendapatkannya dan kemana harta itu dibelanjakan dan ditanyakan
kepadanya tentang jasadnya lalu kemana dipergunakannya. (HR.Tirmidzi yang telah
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitabnya Al-Jami’)
4. Waktu adalah salah satu nikmat yang dianggap sepele dan
dilalaikan oleh manusia
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
“Ada dua nikmat yang dilalaikan oleh manusia, manusia
tertipu dengan nikmat tersebut: yaitu nikmat sehat dan waktu kosong.” (HR.
al-Hakim yang telah dishahihkan Syaikh al-Albani dalam kitab Al-Jami’)
Hal ini dapat dirasakan seseorang
ketika dia ditimpa oleh penyakit, terasa baginya ketika itu betapa nikmatnya
sehat, demikian juga ketika waktu sudah sempit barulah teringat bagi seseorang
nilai dari waktu, sehingga ada ungkapan yang menyatakan baik atau buruknya
sesuatu akan bisa diketahui ketika ada lawannya, seperti sakit lawannya
sehat,senang lawannya susah.
Realita kehidupan manusia dilihat
dari segi waktu
Bila dilihat realita keadaan
kehidupan manusia dengan waktu dan bila ditanya untuk apakah mereka diciptakan
maka kebanyakan mereka akan menjawab bahwa kami diciptakan untuk makan, untuk
minum, untuk bersenang-senang, untuk membangun gedung dan memperbanyak
keturunan, dan ini adalah kenyataan yang banyak kita temukan.
Kalau untuk itu manusia diciptakan maka tidak ada bedanya dia dengan binatang ternak atau hewan, karena yang menjadi harapan dan yang dicari dalam hidup binatang adalah: makan,minum bersenang-senang dengan kenikmatan dunia tanpa memperhatikan apakah itu halal atau haram.
Kalau untuk itu manusia diciptakan maka tidak ada bedanya dia dengan binatang ternak atau hewan, karena yang menjadi harapan dan yang dicari dalam hidup binatang adalah: makan,minum bersenang-senang dengan kenikmatan dunia tanpa memperhatikan apakah itu halal atau haram.
Penciptaan manusia untuk tujuan
yang mulia
Tujuan penciptaan manusia berbeda
dengan makhluk yang lain. Manusia diciptakan untuk suatu tujuan yang sangat
mulia yaitu untuk beribadah kepadanya.
Imam Nawawi rahimahullah dalam
menafsirkan ayat tersebut berkata bahwa: ayat ini secara jelas menerangkan
kepada kita bahwa manusia diciptakan untuk beribadah, maka wajib bagi setiap
manusia memperhatikan tujuan tersebut dan berpaling dari kemewahan dunia yang
disertai zuhud, karena dunia adalah negeri fana bukan negeri yang kekal dan
abadi. Dunia adalah tempat persinggahan bukanlah tempat
yang kekal untuk dihuni selama-lamanya. Kelak kita akan menjadi tanah bersama
dengan jasad dan amal kebaikan kita. Dengan amal yang shalih lah safa’at akan
datang.
Di dalam Hadits yang Shahih
Rasulullah SAW bersabda:
“Jagalah lima perkara sebelum datang yang lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, waktu senggangmu sebelum datang waktu sempitmu, masa hidupmu sebelum datang waktu kematianmu.” (HR. Bukhori)
“Jagalah lima perkara sebelum datang yang lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, waktu senggangmu sebelum datang waktu sempitmu, masa hidupmu sebelum datang waktu kematianmu.” (HR. Bukhori)
Hadits di atas memiliki makna
yang dalam bagi kita tentang menjaga nikmat-nikmat Allah SWT yang pada intinya
nikmat-nikmat tersebut tidak bisa dipisahkan dengan waktu.
Ketahuilah bahwa umur manusia
yang dijalaninya selama hidup di dunia ini adalah seperti musim bercocok tanam
sedangkan hasil panennya akan dia petik di akhirat, maka boleh jadi apa yang
ditanamnya selama di dunia ini tidak membuahkan hasil yang baik disebabkan
mereka tidak bercocok tanam dengan benar, laksana tanaman yang dimakan hama wereng.
Oleh karena itu tidaklah pantas
bagi seorang muslim menyia-nyiakan waktunya dan mempergunakan harta kekayaannya
kepada perkara-perkara yang tidak ada faedahnya. Selagi masih ada kesempatan
dan peluang yang diberikan oleh Allah SWT, lakukan dengan semaksimal dan sebaik
mungkin, karena nantinya kita akan memperoleh investasi pahala yang telah
disemai.
*Penulis adalah Mahasiswa PGMI-1
Semester IV
Waktu Adalah Hidup. Jika Waktu Engkau Sia-siakan, Hidupmu Akan Sia-sia
Reviewed by Bamzsusilo
on
Minggu, Mei 13, 2012
Rating:
Post a Comment