Konsep Supervisi Akademik Yang Profesional
BAB
I PENDAHULUAN
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan
pembelajaran Glickman (1981). Sementara itu, Daresh (1989)
menyebutkan bahwa supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru
mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran.Dengan
demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas
dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas
dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu
guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu
kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya (Sergiovanni, 1987).
Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru
dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian
kegiatan supervisi akademik. Apabila dikatakan bahwa supervisi akademik
merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka
dalam pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru,
sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara
mengembangkannya.
BAB II ISI
A. Pengertian Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al. 2007). Supervisi akademik tidak terlepas
dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran.
Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru
dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam
kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?,
aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna
bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan
akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara
mengembangkannya?. [1]
Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh
informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal
yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja
berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan
dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
B. Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik
Tujuan dan
fungsi supervisi akademik adalah:
·
membantu guru
mengembangkan kompetensinya,
·
mengembangkan
kurikulum,
·
mengembangkan
kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman,
et al. 2007, Sergiovanni, 1987).
C. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik
·
Praktis,
artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
·
Sistematis,
artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan
pembelajaran.
·
Objektif,
artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
·
Realistis,
artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.
·
Antisipatif,
artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.
·
Konstruktif,
artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran.
·
Kooperatif,
artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan
pembelajaran.
·
Kekeluargaan,
artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan
pembelajaran.
·
Demokratis,
artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik.
·
Aktif, artinya
guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
·
Humanis,
artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur,
ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor.
·
Berkesinambungan
(supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala
sekolah).
·
Terpadu,
artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.
·
Komprehensif,
artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd, 1972).[2]
D.
Model-Model
Supervisi Akademik
a. Model supervisi tradisional
1. Observasi Langsung
Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada guru
yang sedang mengajar melalui prosedur: pra-observasi dan post-observasi.
a. Pra-Observasi
Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya
melakukan wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi diskusi
dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan, metode dan strategi,
media pengajaran, evaluasi dan analisis.
b. Observasi
Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan
dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian supervisor
mengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi pendahuluan (apersepsi),
pengembangan, penerapan dan penutup.
c. Post-Observasi
Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor
mengadakan wawancara dan diskusi tentang: kesan guru terhadap penampilannya,
identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, identifikasi
ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru
yang akan dilakukan.
2) Supervisi Akademik dengan Cara Tidak Langsung
a. Tes Dadakan
Sebaiknya soal
yang digunakan pada saat diadakan sudah diketahui validitas, reliabilitas, daya
beda dan tingkat kesukarannya. Soal yang diberikan sesuai dengan yang sudah
dipelajari peserta didik waktu itu.
b. Diskusi Kasus
Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan
pada observasi proses pembelajaran, laporan-laporan atau hasil studi
dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus demi kasus, mencari
akar permasalahan dan mencari berbagai alternatif jalan keluarnya.
c. Metode Angket
Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan
erat dan mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan guru
dengan siswanya dan sebagainya.
b. Model Kontemporer (Masa Kini)
Supervisi
akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis sehingga
sering disebut juga sebagai model supervisi klinis. Supervisi akademik dengan
pendekatan klinis, merupakan supervisi akademik yang bersifat kolaboratif.
Prosedur supervisi klinis sama dengan supervisi akademik langsung, yaitu:
dengan observasi kelas, namun pendekatannya berbeda.
E. Teknik-Teknik Supervisi Akademik
Satu di antara tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik.
Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan
konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al. 2007). Oleh sebab
itu, setiap Kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa
kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan
supervisi akademik. Teknik-teknik supervisi akademik meliputi dua macam, yaitu:
individual dan kelompok (Gwyn, 1961).
Teknik supervisi akademik ada dua yaitu, individual dan kelompok
seperti gambar berikut.
1. Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan
terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru. Dari
hasil supervisi ini dapat diketahui kualitas pembelajaran guru bersangkutan.
Teknik supervisi individual ada lima macam adalah sebagai berikut.
a. Kunjungan Kelas, (Classroom Visitation)
Kepala sekolah
atau supervisor datang ke kelas untuk mengobservasi guru mengajar. Dengan
kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekirannya perlu
diperbaiki.
Tahap-tahap kunjungan kelas terdiri dari empat tahap yaitu:
1. tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor
merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas,
2. tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini,
supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung,
3. tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor
bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi,
dan
4. tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut.[3]
b. Kunjungan Observasi (Observation
Visits)
Guru-guru
ditugaskan untuk mengamati seorang guru lain yang sedang mendemonstrasikan
cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Kunjungan observasi dapat
dilakukan di sekolah sendiri atau dengan mengadakan kunjungan ke sekolah lain.
Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah: (1) usaha-usaha dan aktivitas
guru-siswa dalam proses pembelajaran, (2) cara menggunakan media pengajaran,
(3) variasi metode, (4) ketepatan penggunaan media dengan materi, (5) ketepatan
penggunaan metode dengan materi, dan (6) reaksi mental para siswa dalam proses
belajar mengajar.
Pelaksanaan
observasi melalui tahap: persiapan, pelaksanaan, penutupan, penilaian
hasil observasi;dan tindak lanjut.
Dalam rangka
melakukan observasi, seorang supervisor hendaknya telah
mempersiapkan instrumen observasi, menguasai masalah dan tujuan
supervisi.
c. Pertemuan Individual
Pertemuan
individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara
supervisor dan guru.
Tujuannya
adalah:
1.
mengembangkan
perangkat pembelajaran yang lebih baik,
2.
meningkatkan
kemampuan guru dalam pembelajaran, dan
3.
memperbaiki
segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru
Swearingen
(1961) mengklasifikasi empat jenis
pertemuan (percakapan) individual sebagai berikut.
1.
Classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di
dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
2.
Office-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di
ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat
bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
3.
Causal-conference. yaitu percakapan individual yang
bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru
4.
Observational
visitation. yaitu
percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan
kelas atau observasi kelas.
Hal yang dilakukan Supervisor dalam pertemuan individu :
1.
berusaha
mengembangkan segi-segi positif guru,
2.
mendorong guru
mengatasi kesulitan-kesulitannya,
3.
memberikan
pengarahan, dan
4.
menyepakati
berbagai solusi permasalahan dan menindaklanjutinya.
d. Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas
yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman
dalam pembelajaran.
Cara-cara
melaksanakan kunjungan antar kelas adalah sebagai berikut.
(1)
Jadwal
kunjungan harus direncanakan.
(2)
Guru-guru yang
akan dikunjungi harus diseleksi.
(3)
Tentukan
guru-guru yang akan mengunjungi
(4)
Sediakan segala
fasilitas yang diperlukan.
(5)
Supervisor
hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat.
(6)
Adakah tindak
lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai? misalnya dalam bentuk percakapan
pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
(7)
Segera
aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan
pada situasi dan kondisi yang dihadapi;
(8)
Adakan
perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.[4]
e. Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi
yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang yang akan disupervisi
berdasarkan hasil analisis kebutuhan, dan analisis kemampuan kinerja guru,
kemudian dikelompokan berdasarkan kebutuhan guru. Kemudian guru diberikan
layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang diperlukan.
Dalam teknik supervisi kelompok, terdapat beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut.
1. Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting), Seorang
kepala sekolah menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusun.
Termsuk mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru, dalam hal ini
rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi. Rapat tersebut
antara lain melibatkan KKG, MGMP, dan rapat dengan pihak luar sekolah.
2. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions), Diskusi
kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi
sejenis. Di dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah memberikan
pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat dan saran-saran yang diperlukan.
3. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training), Teknik
ini dilakukan melalui penataran-penataran, misalnya penataran untuk guru bidang
studi tertentu. Mengingat bahwa penataran pada umumnya diselenggarakan oleh
pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah adalah mengelola dan membimbing
pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran.
E.
Pendekatan
Supervisi akademik
Menurut Sahertian (Sahertian, 2000:44-52). pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan supervisi akademik, ada 3, yaitu:
a. Pendekatan Langsung (Direktif)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor adalah: menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, dan menguatkan.
b. Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif)
Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Guru mengemukakan masalahnya supervisor mencoba mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah: mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah
c. Pendekatan Kolaboratif
Yang dimaksud dengan pendekata koplaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non–direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi.
Menurut Sahertian (Sahertian, 2000:44-52). pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan supervisi akademik, ada 3, yaitu:
a. Pendekatan Langsung (Direktif)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor adalah: menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, dan menguatkan.
b. Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif)
Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Guru mengemukakan masalahnya supervisor mencoba mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah: mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah
c. Pendekatan Kolaboratif
Yang dimaksud dengan pendekata koplaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non–direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran
demi pencapaian tujuan pembelajaran,
2. Fungsi dan tujuan supervisi akademik
adalah,
o membantu guru mengembangkan kompetensinya,
o mengembangkan kurikulum,
o mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing
penelitian tindakan kelas
3. Prinsip-prinsip Supervisi
Akademik adalah praktis,
sistematis, objektif, realistis, antisipatif, konstruktif, kooperatif,
kekeluargaan, demokratis, aktif, humanis, berkesinambungan, terpadu,
komprehensif.
4. Model-Model Supervisi Akademik
ada dua, tradisional dan kontemporer
5. Teknik-Teknik Supervisi
Akademik ada dua, individual dan kelompok
6. Pendekatan Supervisi Akademik ada tiga, langsung,
tidak langsung dan kolaboratif
B. Saran
Penulis berharap kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan makalah ini ke depannya. Mudah-mudahan dapat menjadi referensi bagi
pembaca dalam menambah pengetahuan dan wawasan di bidang supervisi pendidikan,
khususnya supervisi akademik
DAFTAR PUSTAKA
California: Corwin
Press.Supervisi Akademik dalam peningkatan
profesionalisme guru. 2006. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah
Pendidikan
Daryanto,
Administrasi Pendidikan, PT. Rineka
Cipta, 2010:Jakarta
Direktorat
Tenaga Kependidikan, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan. Depdiknas. 2008. Metode
dan Teknik Supervisi. Jakarta.
Glickman, C.D.,
Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2007. Supervision
and Instructional Leadership A Development Approach. Seventh
Edition. Boston: Perason.
Kisbiyanto, Supervisi Pendidikan, 2008: Stain Kudus
Luk-Luk Nur
Mufidah, Supervisi Pendidikan, 2008:
Yogyakarta
Mantja, W. 1984.
“Efektivitas Supervisi Klinik dalam Pembimbingan Praktek Mengajar Mahasiswa
IKIP Malang,”Tesis.
FPS IKIP Malang.
Konsep Supervisi Akademik Yang Profesional
Reviewed by Bamzsusilo
on
Kamis, Januari 09, 2014
Rating:
Post a Comment