Senyuman Obat Kekecewaan
Biarlah malam semakin gelap,namun sepertinya tidak untuk hatiku malam
ini. Ya..malam ini hatiku akan tetapterus terjaga hingga esok pagi.
Mungkin ini dampak dari senyuman yangtersampaikan terlalu manis buatku.
Aku gak tau kenapa senyuman itu begitu indahdi mata. Apa karena perasaan
yang beda. Atau ada sesuatu yang membuatmutersenyum seperti itu. Aku
hanya bisa membalas senyuman manismu dengan tatapan bloon ketika itu.
“Lagi dimana?”
“Di sekret bang?”
“Tapi gak ada?”
“Di sebelah bang...@”
Ketika itu aku keluar untukmelihatnya, dan ternyata dia sedang sibuk di depan layar kaca. “biarlah”pikirkudalam hati. Masih ada waktu.
Masih aku tunggu dia sampaiterlihat tidak sibuk. Namun, kelihatannya malah semakin serius dengan netbooknya. Terpaksalah aku jugamenutupi kerisauanku dengan kesibukan juga. Tepat pukul 12 aku hendak melihatdia lagi, tapi sial bagiku. Ternyata dia telah hilang dari tempat duduknya. Akutanya temannya. “kemana si _____?”
“keluar tadi bang, katanya maujumpai temennya”.
“uda dari tadi?”
“belum bang?”kenapa bang?”
“gpp dek.”
Jam semakin kencang berputar, takterasa sudah hampir jam 1, aku belum shalat. Padahal siang ini ada kelas jam 1.Dengan berat aku melangkah menuju wastafel untuk berwudhu. Selesai shalat akumengambil tas dan begegas menuju kelas dengan hati yang sedikit gelisah. Tak bertemudengan dia.
Di dalam kelas ternyata hatiku makin tidak tenang. Ku ambil cross dari kantong dan men-dialnya. Ternyata dapatreject. Huh pikirku. Sombong amat. Awas ntar law jumpa ya tambahku lagi. Kuberik*ntut baru tau.
Tak lama cross bergetar, kulihatsebuah pesan darinya.
“Di sekret ni bang”
“tapi tadi gak ada?”
“iya tadi ada temen yang dijumpai.”
“ni mau paen?”
“mau masuk kelas bang?”
“oh, yaudah.”
Sampai jam 3 aku masih sms-an dengannya. Berharap perjumpaan hari ini masih ada. Namun, kelihatannya belumtepat momennya. Dia keburu pulang tanpa memberitahuku terlebih dahulu. Dengan rasa geram yang berlebihan aku coba tenang. Dalam hati aku kecewa. Namun, senyuman itu menjadi peneduh dan masih tersimpan hingga malam nanti.
“Lagi dimana?”
“Di sekret bang?”
“Tapi gak ada?”
“Di sebelah bang...@”
Ketika itu aku keluar untukmelihatnya, dan ternyata dia sedang sibuk di depan layar kaca. “biarlah”pikirkudalam hati. Masih ada waktu.
Masih aku tunggu dia sampaiterlihat tidak sibuk. Namun, kelihatannya malah semakin serius dengan netbooknya. Terpaksalah aku jugamenutupi kerisauanku dengan kesibukan juga. Tepat pukul 12 aku hendak melihatdia lagi, tapi sial bagiku. Ternyata dia telah hilang dari tempat duduknya. Akutanya temannya. “kemana si _____?”
“keluar tadi bang, katanya maujumpai temennya”.
“uda dari tadi?”
“belum bang?”kenapa bang?”
“gpp dek.”
Jam semakin kencang berputar, takterasa sudah hampir jam 1, aku belum shalat. Padahal siang ini ada kelas jam 1.Dengan berat aku melangkah menuju wastafel untuk berwudhu. Selesai shalat akumengambil tas dan begegas menuju kelas dengan hati yang sedikit gelisah. Tak bertemudengan dia.
Di dalam kelas ternyata hatiku makin tidak tenang. Ku ambil cross dari kantong dan men-dialnya. Ternyata dapatreject. Huh pikirku. Sombong amat. Awas ntar law jumpa ya tambahku lagi. Kuberik*ntut baru tau.
Tak lama cross bergetar, kulihatsebuah pesan darinya.
“Di sekret ni bang”
“tapi tadi gak ada?”
“iya tadi ada temen yang dijumpai.”
“ni mau paen?”
“mau masuk kelas bang?”
“oh, yaudah.”
Sampai jam 3 aku masih sms-an dengannya. Berharap perjumpaan hari ini masih ada. Namun, kelihatannya belumtepat momennya. Dia keburu pulang tanpa memberitahuku terlebih dahulu. Dengan rasa geram yang berlebihan aku coba tenang. Dalam hati aku kecewa. Namun, senyuman itu menjadi peneduh dan masih tersimpan hingga malam nanti.
Senyuman Obat Kekecewaan
Reviewed by Bamzsusilo
on
Rabu, Februari 05, 2014
Rating:
ayo....
BalasHapussemangat