Metode Kerja Kelompok Pada Pembelajaran Aksara Arab Melayu
Sebelum copy paste makalah di bawah ini. Ada baiknya kita saling bertegur sapa melalui akun ini. Agar ke depannya tidak terjadi pencemaran hak cipta. Karena mengambil karya orang lain tanpa izin adalah tindak pidana dan dikenai hukuman penjara lho. Klik disini
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Disamping bahasa, Tulisan merupakan
sebuah alat komunikasi manusia dari zaman dahulu sampai sekarang ini. Setiap
kelompok manusia pada umumnya memeliki aksara sendiri. Tulisan yang ada pada
zaman sekarang ini berasal dari rumpun tulisan
Keberadaan tulisan dalam masyarakat
sangat berperan penting. Dengan tulisan ini, manusia mampu berkomunikasi meski
memakan jarak yang cukup jauh. Di nusantara tulisan yang berkembang ialah
tulisan arab melayu. Tulisan arab melayu adalah tulisan Arab yang
diadaptasikan oleh bahasa Melayu untuk pengejaannya seperti yang kita pahami
sekarang ini. Artinya huruf yang dipakai adalah huruf-huruf Arab dengan bahasa
Melayu, atau dengan ejaan Melayu. Di tempat lain tulisan Melayu ini disebut dengan Arab Jawi
atau sejenisnya.
Indonesia memiliki beraneka ragam
bahasa daerah, masing-masing memiliki aturan penulisan sendiri menggunakan
aksara tradisionalnya yang khas. Apresiasi terhadap berbagai aksara tradisional
ini masih tampak misalnya dari mata pelajaran bahasa daerah di tiap daerah.
Penggunaan aksara-aksara tradisional ini di berbagai sudut kota juga merupakan
bukti bahwa, walaupun aksara ini telah hampir sepenuhnya tergantikan oleh
aksara latin, sebenarnya bangsa kita masih cinta dan bangga atas kekayaan
negeri kita yang satu ini.
Metode
pembelajaran kerja kelompok merupakan cara atau teknik penyajian bahan
pelajaran secara kelompok yang digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan
pelajaran.
Proses belajar
mengajar dan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari segi penerapannya, proses
pembelajaran kerja kelompok ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah
besar, dan ada juga yang tepat untuk siswa dalam jumlah kecil, ada yang tepat
digunakan dalam kelas atau diluar kelas.
Belajar
kelompok merupakan salah satu cara memotifasi belajar bagi para peserta didik
dalam meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Arab Melayu?
2. Sejarah
berdirinya Arab Melayu?
3. Bagaimana
awal keberadaan tulisan Arab melayu?
4. Bagaimana
keberadaan tulisan Arab melayu pada adab pertengahan?
5. Bagaimana
keberadaan Arab melayu pada abad modern?
6. Apa
pengertian pembelajaran kerja kelompok?
7. Bagaimanakah
cara penerapan pembelajaran kerja kelompok?
8. Apa
sajakah kelebihan dan kekurangan pembelajaran kerja kelompok?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pengertian Arab Melayu
2. Untuk
mengetahui Sejarah berdirinya Arab Melayu
3. Untuk
mengetahui awal keberadaan tulisan Arab melayu
4. Untuk
mengetahui keberadaan tulisan Arab melayu pada adab pertengahan
5. Untuk
mengetahui keberadaan Arab melayu pada abad modern
6. Untuk
mengetahui pengertian pembelajaran kerja kelompok
7. Untuk
mengetahui cara penerapan pembelajaran kerja kelompok
8. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran kerja kelompok
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Arab Melayu
Arab
melayu adalah bahasa Indonesia atau Melayu yang penulisannya di adaptasi
dari aksara Arab yang disesuaikan sesuai kaidah penulisan huruf Arab.
2.2 Sejarah Perkembangan Arab Melayu
Arab
melayu berkembang di wilayah yang memiliki budaya melayu, seperti di seluruh
daerah di pulau Sumatra terutama yang dahulu pernah berdiri kerajaan kerajaan
Islam. Aksara ini dikenal sejak jaman Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan
Malaka.
2.3 AWAL KEBERADAAN TULISAN ARAB MELAYU
Tulisan Jawi telah lama ada dalam
khasanah kebudayaan melayu yang diperkirakan sekitar abad ke 10 Masehi atau 3
Hijrah hingga kemasa kini dan ia berasal daripada tulisan Arab. Tulisan inilah
yang membangun kebudayaan melayu dan tulisan ini jugalah yang kemudian
mengantarkan menuju bahasa Melayu yang kemudian berkembang menjadi Bahasa
Indonesia setelah dikokohkan oleh para pemuda Indonesia dalam sumpah pemuda. Keberadaan tulisan arab melayu di
Nusantara identik dengan penyebaran islam ke daerah melayu.
Masa sejak awal abad ke-13 M sampai
penghujung abad ke-15 M dalam khazanah kesusastraan melayu disebut masa
peralihan,yaitu masa peralihan dari peradaban Hindu ke peradaban Islam. Dengan
masuknya peradaban Islam,orang melayu mulai mengenal tradisi tulis. Sebelumnya,
mereka hanya memiliki tradisi lisan. Aksara Jawi sudah wujud dan digunakan di
wilayah Sumatra dan Semenanjung Malaya jauh sebelum orang/pulau Jawa memeluk
agama Islam (883 H/1468 M).
Bukti historis bahwa adanya tulisan
jawi dalam kebudayaan Melayu lama dapat dilihat pada bahan-bahan bertulis
seperti : batu bersurat, manuskrip lama, kertas lama, majalah, batu nisan,
bahan-bahan yang dibuat daripada logam, kulit, alat senjata , batu lontar,
tembikar dan sejenisnya, ukiran-ukiran pada masjid, rumah, dan istana, azimat,
rajah atau penangkal.
Penemuan pertama batu nisan yang tertulis dalam bahasa
Arab di Sumatera bertarikh 55 Hijrah atau setara dengan 674 M. Selain itu juga
ditemukan di Kedah bertarikh 290 Hijrah. Kedua hal ini jelas telah menunjukkan
bahwa tulisan Jawi berasal dari orang Arab yang kemudian telah disesuaikan
dengan menambahkan beberapa huruf tambahan kepada huruf Arab untuk
menyesuaikannya dengan gaya bahasa orang Melayu. Penambahan ini lebih kepada
melengkapi ejaan yang tidak ada dalam bahasa Arab tetapi ditemui dalam bahasa
Melayu.
Manuskrip Islam tertua di kepulauan
Nusantara ditemukan di Terengganu, Malaysia. Manuskrip ini bernama Batu
Bersurat yang dibuat tahun 1303 (abad 14). Tulisan ini menyatakan tentang
penyebaran dan para pemeluk Islam pada saat itu. Manuskrip ini sudah diteliti
oleh oleh ahli-ahli Sejarah dan Arkeolog Islam di Malaysia seperti Prof Naquib
Alatas dan lainnya, semua menyimpulkan manuskrip ini sebagai yang tertua di
Asia Tenggara.
Yang kedua, masih di abad 14, pada tahun
1310, ditemukan syair tentang keislaman yang ditulis dalam bahasa Melayu dengan
huruf Jawi di Minya’ Tujoh, Aceh. Karenanya para pakar sepakat bahwa
perkembangan karya ulama yang ditulis dengan huruf Jawi sudah berkembang pada
Abad 14 pada massa Kekhalifahan Samudra Pasai dan Kekhalifahan Islam lain di
Semenanjung Malaka.
2.4
KEBERADAAN
TULISAN ARAB MELAYU PADA ABAD PERTENGAHAN
Tulisan arab melayu pada abad
pertengahan merupakan tulisan pemerintahan atau tulisan resmi bagi raja-raja
keturunan melayu yang berada di daerah nusantara. Contohnya Sultan pertama Sulu
(Paduka Mahasari Maulana al-Sultan Sharif ul-Hashim) yang memerintah tahun 1450
– 1480 adalah berasal dari Sumatra. Sultan ini menikah dengan putri Rajah
Baguinda yang berasal dari Minangkabau ('Menangkabaw' dalam istilah di
Mindanao). Dalam acara pelamarannya Paduka Mahasari Maulana al-Sultan Sharif
ul-Hashim membuat lamaran dengan tulisan arab melayu untuk di sampaikan kepada
Rajah Baguinda.
Aksara yang digunakan di Mindanao
dan Sulu sebelum datangnya pengaruh kolonial Spanyol adalah dalam huruf Yawi
(Arab Melayu). Buku-buku agama ketika itu adalah dalam huruf Yawi, sama halnya
dengan tradisi penulisan di Thailand Selatan (Patani) dan juga di kesultanan-kesultanan
Islam di Indonesia masa silam.
Pada usai yang lebih muda pada abad
16–17, di daerah lain juga ditemukan mansukrip seperti, Hikayat Raja-Raja
Pasai, Hikayat Melayu, Hikayat Aceh, Hikayat Hasanuddin, Babat Tana Jawi, Babad
Cirebon, Babat Banten, Carita Purwaka Caruban Nagari. Di Nusa Tenggara
ditemukan Syair Kerajaan Bima, Bo’Sangaji Kai Catatan Kerajaan Bima. Dari
Maluku ada Hikayat Hitu. Di Sulawesi ada Hikayat Goa, Hikayat Wajo dan lainnya.
Di Aceh, pada abad 16–17 terdapat
cukup banyak penulis manuskrip. Misalnya, Hamzah Fansuri, yang dikenal sebagai
tokoh sufi ternama pada masanya. Kemudian ada Syekh Nuruddin ar-Raniri alias
Syeikh Nuruddin Muhammad ibnu 'Ali ibnu Hasanji ibnu Muhammad Hamid ar-Raniri
al-Quraisyi. Ia dikenal sebagai ulama yang juga bertugas menjadi Qadhi al-Malik
al-Adil dan Mufti Muaddam di Kesultanan Aceh pada kepemimpinan Sultan Iskandar
Tsani abad 16. Salah satu karyanya yang terkenal berjudul ”Bustanul Salatin.”
Syeikh Abdul Rauf al-Singkili yang juga ditetapkan sebagai Mufti dan Qadhi
Malik al-Adil di Kesultanan Aceh selama periode empat orang ratu, juga banyak
menulis naskah-naskah keislaman.
Pada tahun 1812 (sekitar 100 tahun
sebelum kajian Shellabear), Marsden telah memperkatakan keberadaan aksara Arab
Melayu dalam bukunya A Grammar of the Malayan Language. R.O. Winstedt (1913)
juga mengulas tentang system ejaan Arab Melayu dalam bukunya Malay Grammar.
Sedangkan di kalangan orang Melayu, Raja Ali Haji diakui sebagai tokoh yang
mula-mula sekali memperkatakan system ejaan Arab Melayu seperti yang tercatat
dalam bukunya Bustan al-Katibin, diteruskan oleh Muhammad Ibrahim (anak
Abdullah Munsyi).
Kontinuitas kultural Jawa tertanam
sebagai dasar legitimasi Keraton Palembang. Budayawan Palembang Djohan Hanafiah
mencatat, keterkaitan politik ini berakhir setelah Sultan Abdurrahman
(1659-1706) memproklamasikan Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1675.
Jeroen Peeters dalam Kaum Tuo Kaum
Mudo, Perubahan Religius di Palembang 1821 -1942 (1997) memaparkan, di kalangan
keraton, bahasa Jawa kromo (bahasa Jawa halus) menjadi bahasa resmi. Akan
tetapi, pemakaian bahasa ini tidak tersebar luas di luar lingkungan Keraton
Palembang.
Merujuk pada sejumlah naskah
berbahasa Jawa yang tersimpan di Royal Asiatic Society, London, Peeters
meyakini, naskah-naskah tersebut juga hanya beredar di lingkungan keraton.
Beberapa koleksi naskah berbahasa Jawa ini antara lain teks Panji (1801) yang
ditulis atas perintah Sultan Ahmad Najamuddin.
Selain didampingi ulama, sultan juga
memiliki juru tulis khusus untuk penulisan bahasa Arab. Bahasa dan tulisan Arab
digunakan dalam kitab-kitab utama pengajaran Islam di Palembang, termasuk
naskah yang berkaitan dengan tasawuf dan tafsir.
Sebagian naskah-naskah keagamaan
yang ditemukan, merupakan kitab yang langsung dibawa dari Arab. Sebagian
lainnya disalin ulang dengan ketelitian yang tinggi di Palembang.
Akan tetapi, seperti bahasa Jawa
kromo yang hanya dikuasai oleh kalangan bangsawan, bahasa Arab juga lebih
dikuasai para guru atau kalangan ulama. Sejumlah naskah keagamaan menggunakan
bahasa Arab dilengkapi terjemahan bahasa Melayu, walaupun tetap ditulis dengan
huruf Arab.
Naskah-naskah sastra, antara lain
hikayat yang berbentuk prosa maupun syair, serta berbagai kisah dalam
naskah-naskah pada masa kesultanan lebih banyak ditulis dengan tulisan Arab
dalam bahasa Melayu (Arab Melayu). Kegiatan surat- menyurat, antara lain dari
sultan kepada Gubernur Batavia juga ditemukan dalam basa Arab Melayu.
2.5
KEBERADAAN TULISAN ARAB MELAYU PADA ZAMAN MODERN
Penggunaan tulisan Arab Melayu
(Armel) atau Tulisan Jawi (Tulwi)di Indonesia sekarang bisa dikatakan sudah
hampir punah. Kalau pun dipelajari pada Pondok Pesantren, lebih mengutamakan
tulisan Arab gondol/Kitab Kuning. Demikian kondisinya juga pada sekolah-sekolah
umum, tidak pernah lagi diajarkan kepada murid.1
Seiring dengan perkembangan zaman,
lambat-laun tulisan ini ditinggalkan masyarakat. Bukan berarti model tulisan
ini tidak bisa mengikuti perkembangan zaman, tidak sama sekali, namun yang
menyebabkan Ia ditinggalkan karena kebijakan dari pemerintah kita sendiri.
Salah satu contohnya, pada tahun
70-an hingga 80-an pemerintah menggalakkan program penuntasan buta aksara.
Seluruh masyarakat diajarkan membaca latin. Jika saja ada yang tidak bisa
membaca tulisan latin, maka mereka dicap sebagai buta aksara, sekalipun Ia
mampu dan lancar menulis dan membaca Arab Melayu. Artinya pada masa itu
pemerintah tidak mengakui Arab Melayu yang telah melekat di tengah masyarakat
kita.
Sementara itu, penulisan armel di negara
tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam telah mengakar kuat di
masyarakatnya. Penulisan Armel dan cara membacanya, menjadi mata pelajaran
wajib bagi siswa di bangku sekolah di kedua negara tersebut.
Berdasarkan catatan Prof. Dr Kang
Kyoung Seok, Peneliti tulisan Armel/Tulwi asal Busan, Korea,
universitas-universitas di luar masyarakat Melayu juga mengajarkan tulisan
Armel kepada mahasiswanya. Seperti yang diajarkan di Hankook University of
Foreign Studies Korea, mereka bahkan mendatangkan tenaga pengajar khusus dari
Malaysia untuk memberikan mata kuliah tulisan armel.
Amerika Serikat (Cornell Unversity),
Jepang (Tokyo University of Foreign Studies), Inggris (University of London),
Belanda (University of Leiden), Jerman (University of Hamburg), hingga Rusia
(University of Leningrad), merupakan negara-negara lainnya di luar masyarakat
Melayu, yang pernah dan masih mengajarkan tulisan armel kepada mahasiswanya.
Bahkan, manuskrip-manuskrip Armel/Tulwi banyak disimpan di negara Inggris,
antara lain di perpustakaan Bodleian Oxford, British Museum, British Library,
dan perpustakaan University of London.
Menurut Rusdi, Ketua Yayasan Ikatan
Guru Pengajian Al-Qur’an (IGPA) Kalbar, tulisan armel mulai menghilang sejak
masuknya pengaruh Partai Komunis Indonesia ( tahun 1964/1965 ). Sejak itu pula,
pelajaran armel di sekolah-sekolah ditiadakan. Kecuali di Sumatra.
Contoh Cara penulisan Arab Melayu
Aksara
(huruf) Arab yang digunakan adalah :
wau = و
Qof = ق
Tho = ط
Za = ز
Ha = ح
Alif = ا
Ha = ه
Kaf = ك
Dlo = ظ
Sin = س
Kho = خ
Ba = ب
ya = ي
Lam = ل
A'in = ع
Syin = ش
Dal = د
Ta = ت
Hamzah = ء
Mim = م
Ghin = غ
Shod = ص
Dza = ذ
Tsa = ث
Lam Alif = لا Nun =
ن
Fa = ف
Dhod = ض
Ro = ر
Jim = ج
Aksara
tambahan :
cha = چ
(ha bertitik 3)
nga = ڠ
(ain bertitik tiga)
pa = ڤ
(fa bertitik 3)
ga = ڬ
(kaf bertitik)
va = ۏ
(wau bertitik)
nya = ڽ
(nun bertitik 3)
Angka Arab yang digunakan adalah :
0 = ٠ 1 = ١ 2 = ٢ 3 = ٣ 4 = ٤ 5 = ٥ 6 = ٦ 7 = ٧ 8 = ٨ 9 = ٩ 10 = ١٠
Aturan dan Cara penulisan (dengan asumsi anda pernah belajar menulis/membaca Al-Quran):
1. Aksara ditulis secara gundul, sering disebut sebagai Arab Gundul.
2. Huruf alif yang berdiri sendiri berbunyi a atau e.
3. Huruf alif yang diikuti wau berbunyi u atau o.
4. Huruf alif yang diikuti ya berbunyi i atau Ã.
5. Konsonan diikuti huruf alif akan berbunyi fatah (bunyi a).
6. Konsonan diikuti huruf wau akan berbunyi dhomah (bunyi u).
7. Konsonan diikuti huruf ya akan berbunyi kasroh (bunyi i).
8. Konsonan di awal atau di tengah kata tanpa diikuti alif, wau atau ya berbunyi fatah ( a atau e)
9. Konsonan di akhir kata adalah konsonan mati, kecuali diikuti alif, wau atau ya.
10. Huruf ain digunakan sebagai penanda huruf k seperti pada kata rakyat : رعيت
11. Jika dalam
satu kata terdiri dari dua suku kata yang memiliki saksi huruf alif, wau atau
ya maka penulisannya seperti contoh berikut :
Bu ku = بوكو Ki ta = كيت Ba ta = ت با Sa ya = سا ي
12. Jika dalam satu kata terdiri dari tiga suku kata atau lebih yang memiliki saksi huruf alif, wau atau ya maka penulisannya seperti contoh berikut :
Be be ra pa = ببرا ف Ke ma na = كما ن
13. Konsonan yang berbunyi mati / sukun berbunyi i atau u, maka wajib memakai saksi ي dan و
Kiri = كي ري Guru = ڬو رو
Contoh penulisan kalimat :
سيا سداڠ بلا جر منوليس عرب ملا يو
Bu ku = بوكو Ki ta = كيت Ba ta = ت با Sa ya = سا ي
12. Jika dalam satu kata terdiri dari tiga suku kata atau lebih yang memiliki saksi huruf alif, wau atau ya maka penulisannya seperti contoh berikut :
Be be ra pa = ببرا ف Ke ma na = كما ن
13. Konsonan yang berbunyi mati / sukun berbunyi i atau u, maka wajib memakai saksi ي dan و
Kiri = كي ري Guru = ڬو رو
Contoh penulisan kalimat :
سيا سداڠ بلا جر منوليس عرب ملا يو
Saya sedang belajar menulis Arab Melayu
2.6 Pembelajaran Kerja Kelompok
Pembalajaran
kerja kelompok merupakan salah satu metode belajar dengan cara
berkelompok-kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas yang dirasa perlu
dikerjakan secara bersama-sama.
Pembelajaran
kerja kelompok sangat berpengaruh dalam memotifasi belajar bagi para peserta
didik dalam meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI. Dikatakan
sedemikian, karena disebabkan Para siswa akan lebih terpacu untuk mencari
hal-hal yang belum mereka ketahui dengan cara berdiskusi dengan para satuan
kelompok mereka.
Pembelajaran
kerja kelompok mengandung pengertian bahwa para siswa dilatih membentuk suatu
kepribadian kesatuan serta kebersamaan, karena dengan cara seperti ini siswa
yang kemampuannya kurang pandai dapat bekerja sama saling tukar pengetahuan
dengan siswa yang lebih pandai.
2.7 Penerapan
Pembelajaran Kerja Kelompok
Pengkelompokan
dapat dilakukan oleh anak didik sendiri, namun biasanya dalam pemilihan
kelompok seperti ini didasarkan atas pemilihan teman yang lebih dekat atau
lebih initm.
Pengkelompokan
dapat pula dilakukan oleh guru atas pertimbangan-pertimbangan, diantaranya
untuk membedakan anak didik yang cerdas , normal, dan lemah. Akan tetapi untuk
pengkelompokan seperti ini tugas seorang guru sebagai pembimbing akan tersa lebih
berat, karena harus secara cermat memperhatikan anak didik yang lemah agar
jangan sampai terlalu dirugikan. Sedangkan bagi yang cerdas jangan ada
annggapan bahwa dengan adanya kelompok tidak memberi manfaat baginya. Maka
dalam hal ini guru harus memberikan tugas kepada yang lebih cerdas untuk
membantu rekan-rekannya yang dibawahnya (lemah).
Guru dalam
menentukan katagori anak yang cerdas dan yang lemah tidak hanya melihat dari
nilai yang ada dalam rapor atau hasil tugas sehari-hari, tetapi harus dilihat
juga dari kepribadian anak didik yang bersangkutan.
Menurut teori
crow and crow ciri-ciri anak yang superior (hebat) adalah :
- Observasinya tajam, cepat dan jelas
dalam mengatasi pelajaran.
- Cepat memberikan jawaban apabila
menerima pertanyaan.
- Pemahamannya baik dan teratur.
- Pemikirannya terang dan logis.
Ciri-ciri anak
yang lamban adalah :
- Perhatiannya kurang dan jangkauan
pikirannya pendek.
- Interesnya sempit.
- Mempunyai kesukaran-kesukaran dalam
memusatkan perhatian.
- Sukar berpartisipasi dalam kegiatan
akademis dan sosial.
- Mudah menjadi bingung dalam menghadapi
masalah.
2.8 Kelebihan
Dan Kekurangan Pembelajaran Kerja Kelompok
Terdapat
beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran kerja
kelompok, hal ini disebabkan tiap-tiap individu peserta didik berbeda-beda
dalam pengetahuannya maupun kepribadiannya, Berikut beberapa kelebihan serta
kekurangannya :
KELEBIHAN :
- Memacu motivasi siswa untuk aktif
belajar.
- Menciptakan rasa kebersamaan serta
bekerja sama.
- Menanamkan solidaritas antar teman dalam
kelompok.
- Memudahkan meleksanakan tugas dari guru.
- Menanamkan pentingnya musyawarah dalam
memecahkan suatu masalah.
KEKURANGAN :
- Siswa yang mempunyai pengetahuan lemah
akan diremehakan oleh yang lebih pandai.
- Membosankan bagi siswa pandai yang
merasa rekan sekelompok tidak member kemanfaatan baginya.
- Rasa malas kerena jauh dari pantauan
guru.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tulisan arab melayu yang kita dengar
pada zaman sekarang ini merupakan sebuah pengembangan dari tulisan arab yang
disesuaikan dengan bahasa melayu. Bahasa arab yang datang ke daerah nusantara
beserta tulisannya yang dibawa oleh para pedagang islam dari arab sangat
mempengaruhi adanya tulisan di daerah nusantara khusunya bagi orang-orang
melayu.
Tulisan ini semakin berkembang dari
tahun ke tahun. Tulisan arab melayu masih belum diketahui siapa tokoh pertama
yang memakai tulisan ini. Tetapi tanda keberadaannya sudah diketahui melalui
hasil penelitian yang ditemukannya sebuah prasasti pada zaman kerajaan melau di
nusantara.
Pada zaman sekarang tulisan ini
hanya di pakai oleh orang-orang melayu dan tidak sepenuhnya di nusantara.
Negara yang masih mempertahankan tulisan arab melayu ini hanya Negara Malaysia,
Brunei, dan daerah melayu yang ada di Indonesia.
Pembalajaran
kerja kelompok merupakan salah satu metode belajar dengan cara
berkelompok-kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas yang dirasa perlu
dikerjakan secara bersama-sama, Pembelajaran kerja kelompok sangat berpengaruh
dalam memotifasi belajar bagi para peserta didik dalam meningkatkan prestasi
belajar mata pelajaran PAI.
Cara
penerapannya yaitu dengan pengkelompokan yang dapat dilakukan oleh anak didik
sendiri, namun biasanya dalam pemilihan kelompok seperti ini didasarkan
atas pemilihan teman yang lebih dekat atau lebih initm.
Pengkelompokan
dapat pula dilakukan oleh guru atas pertimbangan-pertimbangan, diantaranya
untuk membedakan anak didik yang cerdas , normal, dan lemah. Akan tetapi untuk
pengkelompokan seperti ini tugas seorang guru sebagai pembimbing akan tersa
lebih berat, karena harus secara cermat memperhatikan anak didik yang lemah
agar jangan sampai terlalu dirugikan. Sedangkan bagi yang cerdas jangan ada
annggapan bahwa dengan adanya kelompok tidak memberi manfaat baginya. Maka
dalam hal ini guru harus memberikan tugas kepada yang lebih cerdas untuk
membantu rekan-rekannya yang dibawahnya (lemah).
Kelebihan
dan kekurangannya yaitu disebabkan tiap-tiap individu peserta didik
berbeda-beda dalam pengetahuannya maupun kepribadiannya.
3.2 Manfaat
Apabila
guru dalam menghadapi anak didik dikelas merasa perlu membagi-bagi anak didik
dalam kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menyerahkan suatu
tugas pekerjaaan yang perlu untuk dikerjakan bersama-sama maka mengajar dengan
cara kerja kelompok sangatlah tepat untuk dilaksanakan.
3.3
Saran
Bagi
para pembaca yang telah membaca makalah ini, pasti menemukan
kesalahan-kesalahan dalam penulisan ini. Untuk itu, kami pemakalah menerima
sarannya dari semua pembaca. Dan apabila ada informasi yang bermanfaat yang terdapat
dalam makalah ini maka ambilah sebagai tambahan ilmu bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Daradjat Zakiah , metodik
khususpengajaran agama islam,jakarta : bumi aksara.2008
Ahmad Sabri, M.Pd. quantum teaching, tb.el-faqih
press.20010
Darmawi, Ahmad. 2008. ARAB MELAYU,
Pemunculan Tulisan, Sistem dan Istilah Jawi. rakyatriau.com
www2.kompas.com, Bahasa Jawa, Arab, dan
Melayu di Palembang 2003.
Metode Kerja Kelompok Pada Pembelajaran Aksara Arab Melayu
Reviewed by Bamzsusilo
on
Rabu, Agustus 27, 2014
Rating:
Post a Comment