Modus Kriminal di Angkot #Part 1
Aku
ingin bercerita kejadian konyol yang pernah teman aku lakukan. Tepatnya satu
minggu yang lalu. Tapi sebelum membaca, diharapkan untuk tidak tertawa dan
berkata ‘bodoh amat’. Karena jika itu terucap ataupun terlintas dipikiran
kalian, mudah-mudahan kalian juga akan tertimpa kejadian konyol tersebut.
Gimana? Deal?
Ok,
baiklah, kita masuk aja ke alur ceritanya. Mohon maaf apabila dalam cerita ada
kemiripan dan kesamaan baik latar, nama tokoh maupun lain-lainnya. Karena itu
bagian dari kesengajaan penulis. Hehehe. Ingat ya, jangan berkata yang di atas.
Aku melihatnya. Dan akan memantau kalian 48 jam dalam dua hari nonstop. Siap?
Siang
itu cukup terik. Tepatnya hari Selasa di bulan Agustus, tampak seorang pemuda
berkulit coklat sawo manis bertinggi kira-kira 173 cm turun dari bus Sentosa
(trayek Siantar-Medan) di depan Jalan Sisingamangaraja dekat Terminal Amplas.
Dia menenteng 1 kotak indomie yang kelihatannya berisi pakaian dan membawa
ransel. Dengan menggunakan jaket berwarna hijau berkombinasi kuning ia
melenggang menuju halte menunggu angkot jurusan ke daerah yang ia tuju.
Tak
menunggu lama, ia mendapatkan angkot 07 berwarna kuning yang akan mengantarnya
ke Aksara. Yah, ia bertempat tinggal di dekat daerah tersebut. Angkot dalam
keadaan sepi. Ia adalah penumpang pertama yang naik. Beberapa saat kemudian,
naik juga dua orang bapak-bapak paruh baya dengan karakteristik yang berbeda.
Satu agak gemukan dan yang satu sedikit kurusan. Mereka sepertinya bukan orang
Medan.
Singkat
cerita, pria yang agak kurusan meemukan sebuah kalung yang berada tepat di
bawah tempat duduknya. Namun ketika itu dia cuek saja. Kemudian pria kurus
mengambilnya dan melihat isi kertas yang membungkus kalung tadi. Ternyata itu
surat pembelian kalung. Di dalamnya tertera nilai 26 juta sekian. Dia mulai
terpengaruh melihatnya.
Di
saat dia terpesona dengan kalung yang didapat pria kurus tadi, tiba-tiba pria
yang agak gemuk berkata,” Itu emas kita dapat bertiga. Jadi kita bagi tiga aja
hasilnya kalau mau dijual.” Tanyak pria agak gemukan kepada dia dan pria kurus.
“Aku
tebus aja kalung ini. Ntar kita berhenti di depan, aku ambil uang tebusannya.”Kata
pria yang agak kurusan.
“Gimana
kalau kita jual aja di toko mas, trus hasilnya kita bagi tiga?” tanyak pemuda
itu kepada kedua pria.
“Gak
usah, lebih baik kalungnya ini aku bawa aja dulu, selagi bapak ini (kurus)
mengambil uang tebusannya. Kita menunggu di sini.” Kata bapak yang agak gemuka n.
“Gak
usah gitu lah, ntar kelen bawa lari pulak kalungnya. Kita kan disini baru
kenal,”kata bapak yang agak kurus.
“Oke,
ini aku ada cincin sebagai jaminannya. Gimana?” kata bapak yang agak gemuk.
“Ah,
pulak kalung berharga 26 juta disamakan sama cincin segitu. Gaklah, aku gak
mau,” kata bapak yang kurus.
“Oke,
baiklah. Kalungnya dipegang sama anak muda ini aja. Kita tahu dia mahasiswa,
gak mungkin bohongi dan melarikan kalung ini, kata bapak yang gemuk.
“Tapi
ada kan jaminanmu? Masak kalung 26 juta gak ada jaminanmu. Berapa uang di
dompetmu?” tambah bapak yang agak kurus.
“aku
lagi gak megang uang nih pak,”jawab dia
“Ada
berapa uang di dompetmu?”
“Cuma
300 ribu nih pak.”
“Yaudah
itu aja. Hapemu mana? Coba liat?”
Aku
juga memberikan hape baluku ke bapak yang agak kurusan sebagai jaminan aku yang
pegang kalung tersebut.
Kami
sepakat akan berjumpa di Aksara satu jam kemudian untuk kesepakatan awal. Yaitu,
medapatkan uang tebusan kalung dari bapak yang agak kurusan.
1
jam berlalu, 2 jam berlalu, hingga sore bapak tadi tak kunjung datang.
*bersambung.................................................
Modus Kriminal di Angkot #Part 1
Reviewed by Bamzsusilo
on
Sabtu, Agustus 16, 2014
Rating:
Post a Comment