WISUDA, AKU AKAN MENJEMPUTMU
Trauma itu akhirnya datang. Perlahan
ia menghantui setiap saat. Aku ragu bisa atau tidak. Yang ku tau ini akan
menjadi perjalanan panjang yang harus aku hadapi seorang diri. Bukannya tak mau
melibatkan orang lain dalam hal ini. Tapi aku merasa ini tanggungjawab plus
kewajiban yang mesti ditanggung seorang diri.
Pagi - setelah aku mulai membuka mata
dan mencoba mengirup segarnya udara pagi, masih saja terlintas akannya. Malam -
sebelum memejamkan mata; dia juga menghantui. Apa yang aku bayangkan pada saat
ini adalah terus fokus dan terus melangkah. Ini pahit dan sulit. Tapi ini
pilihan yang harus dipilih. Sekarang atau pecundang. Aku diselimuti berbagai
macam polemik kehidupan stadium 3 setengah.
Dia seakan menerkamku saat aku
tersadar. Lupa tak menjadi obat yang mujarab saat ini. Dia menyebabkan otakku
berpikir keras untuk memikirkannya. Yah, emang aku yang salah. Tindakanku saat
ini belum maksimal. Hingga pikiranku yang lebih banyak tersedot.
Aku mulai menyadari. Takkan ada yang
dapat membantu kecuali Dia. Ya, Dia Yang Maha Penolong. Tiap saat aku berdoa
berharap keajaiban dari-Nya akan dilimpahkan kepadaku. Namun tampaknya aku
belum juga merasakan dampak yang menggembirakan. Aku masih saja bergelut dalam
kemalasan.
Aku mencoba menampar pipiku dengan
keras, sakit kurasakan. Aku mencoba memukul pintu kost dengan kepalan tanganku.
Ternyata masih saja terasa sakit. Aku sedang tidak bermimpi. Yah, aku harus
segera bertobat untuk mengejarnya. Pasang sabuk pengaman dan menarik gas dengan
kencang. Aku tak boleh patah arang. Jalan masih terbuka lebar untuk menuju
pintu itu.
Mulai besok tidak ada kata ‘nantilah’
atau ‘bentarlah’. Bahkan kata ‘besok ajalah’ akan aku kubur dalam-dalam bersama
kemalasanku ini. Aku akan benar-benar insaf dari sifat buruk ini. aku gak akan
mengecewakan kalian BAPAK, IBU, KAKEK, NENEK. Kalian harta paling berharga
dalam hidupku. Aku akan ingat pesan kalian yang sarat dengan harapan yang
besar.
Untuk keluarga kecilku yang berada
disana. Aku akan bahagia jika kalian mendoakan setiap butiran keringat yang
mengalir di dahiku untuk mencapai ini. mudah-mudahan takkan ada halangan dan
rintangan yang besar menggangguku untuk menjalani ini. karena senjata
terhebatku adalah lantunan doa suci yang keluar dari hati yang berharap ridho
dari-Mu.
WISUDA, AKU AKAN MENJEMPUTMU.
WISUDA, AKU AKAN MENJEMPUTMU
Reviewed by Bamzsusilo
on
Rabu, Agustus 13, 2014
Rating:
Post a Comment