Dinamika, Mengenalkanku Pada Mahasiswa Se-Indonesia #5
Gb: Peserta Pelatihan Jurnalistik Nasional |
Jika aku tak
bertahan disini selama lebih dari 1
tahun mungkin saja pengalaman dan kesempatan ini takkan pernah terjadi dalam
hidupku. Aku yang terlahir menjadi mahasiswa PGMI (Pendidikan Guru MI) bahkan
tak mengenal dekat komunitas PGMI di Indonesia. Aku lebih mengenal yang namanya
komunitas pers mahasiswa se-Indonesia. Ini fakta.
Bermula dari
pelaksanaan pelatihan jurnalistik tingkat lanjut nasional yang diadakan UMSU,
biasa dikenal Almamater. Aku didelegasikan oleh pimpinan Dinamika ketika itu
untuk mengikuti pelatihan selama sepekan. Awalnya aku tak menyangka akan
didelegasikan dengan kemampuan yang kupunya selama ini memadai. Namun, karena
kepercayaan yang diberikan para pimpinan kepadaku akhirnya aku dengan percaya
diri menyatakan untuk berangkat.
Ketika itu
di pertengahan tahun 2012, aku dan 2 orang rekanku berangkat ke UMSU dengan
tujuan untuk pelatihan. Sampai di sana kami disambut dengan luar biasa. Sudah
menjadi tradisi, ketika ada rekan pers yang berkunjung, akan mendapatkan jamuan
istimewa. Ini sebuah kebiasaan positif yang masih dilestarikan.
Ketika
berkenalan dengan peserta yang berjumlah lebih kurang 25 orang, aku terkagum
dengan beberapa dari mereka yang bagus dalam berkomunikasi. Dalam hati, aku
penasaran dengan ilmu yang ia miliki. Aku mengenal Haswin, dari Universitas
Muhammadiyah Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Disusul trio Universitas Negeri
Makassar yaitu Syahrizal Syam, Syahri, Nurjannah Jamaludin. Ada dari Solo,
namanya Imron.
Dari pulau
dewata juga ada, Asykur Anam mewakili Universitas Udayana. Dan dari lembaga
pers yang ada di universitas sepanjang pulau sumatera dari Teknokra Lampung,
Gelora Sriwijaya Palembang, Ganto di Padang, Suara Usu di Medan, Kreatif Unimed
di Medan hingga Aceh dengan Detak Unsyiah. Aku bangga mengenal mereka yang
memiliki pemikiran kritis dan pengalaman yang tak diragukan di bidang jurnalis.
Banyak yang aku pelajari dari mereka.
Salah satu
yang paling kuingat adalah rekan sekamarku yang bercerita mengenai awal
berdirinya lembaga pers mereka. Ketika itu, beliau dan beberapa rekan mahasiswa
ingin mendirika lembaga pers di kampus tercinta. Perjuangan yang mulia ini
harus dilewati dengan berdialog serius kepada pihak birokrat yang kontra dengan
cikal bakal lembaga pers ini.
Akhirnya
dengan susah payah, terbentuk juga. Namun, masalah SDM juga menyelimuti lembaga
ini yang baru saja berdiri. Belum lagi pendanaan yang harus diadakan untuk
penerbitan produk. Belum lagi mereka harus patungan untuk biaya percetakan. Wah,
cerita yang memilukan hati.
Beda dengan
lembaga pers di Medan yang beberapa telah mendapatkan pendanaan secara tetap pertahunnya. Cerita ini semakin
menambah semangatku betapa sulitnya membangun sebuah lembaga pers. Pengorbanan
adalah hal yang paling mutlak untuk dilakukan.
Oleh karena
itu, bagi kawa-kawan semua yang bernaung di dalam lembaga pers yang telah
disediakan dana pertahunnya diharapakan untuk menjaga itu semua dengan produk
yang berkualitas dan kegiatan yang positif buat kampus tercinta. Jangan
sia-siakan dana yang mengucur dari birokrat hanya untuk produk yang tak
bermanfaat buat kebaikan kampus dan mahasiswa.
Karena yang
aku pahami sejak 3 tahu lalu, “pers
mahasiswa bertindak sebagai kontrol sosial bagi setiap kebijakan kampus yang
dibuat oleh rektorat, sekaligus sebagai media dalam menyuarakan aspirasi
mahasiswa demi terciptanya kampus madani.”
Dinamika, Mengenalkanku Pada Mahasiswa Se-Indonesia #5
Reviewed by Bamzsusilo
on
Rabu, November 05, 2014
Rating:
Post a Comment