ANDAI AKU JADI PAUL, AGEN CT-FORCE (Cerpen)
Manusia dilahirkan ke dunia bukanlah rencana dari
orang tua seseorang, melainkan atas kehendak Sang Pencipta. Bukan hal tabu bagi
anak Adam untuk melahirkan generasi terbaik di jagad ini. Namun terkadang bukan
menjadi pengubah zaman ke arah lebih maju dan modern, melainkan penimbul
kerusakan dan kehancuran. Lihat saja apa yang saat ini terjadi di belahan bumi
bagian barat maupun timur, di sana sini kerap terjadi gencatan senjata tak
berkesudahan. Apakah fenomena ini telah di atur oleh yang berhak mengatur?
Jawabannya tentu telah tercetak di dalam mindset
pembaca sekalian. Ada yang beranggapan bahwa fenomena ini merupakan mutlak
kerja tangan dan otak manusia. Sebagian lagi beranggapan bahwa fenomena ini
merupakan game yang telah di setting sedemikian rupa layaknya character dalam
game online Point Blank yang semata-mata hanya untuk membunuh seluruh lawan
untuk menang dalam turnamen. Jadi,
seseorang atau karakter diberi modal senjata dan amunisi. Selanjutnya karakter
tersebutlah yang menentukan nasibnya dalam mempergunakan modal yang telah
diberikan. Jika ia dapat menggunakan modal dengan baik, maka beruntunglah.
Namun jika ia tewas, maka celakalah dia.
Manusia membutuhkan kemampuan dan usaha dalam menjalani
bahtera kehidupannya. Dua elemen ini mutlak harus tertanam dalam setiap diri
manusia. Kemampuan adalah skill individu yang mempermudah seseorang dalam
mengerjakan suatu pekerjaan. Dengan skill, manusia akan dengan mudah dan cepat
dalam menyelesaikan pekerjaan dari usaha yang hendak ia capai. Usaha merupakan
suatu pekerjaan yang dilakukan seseorang dalam memperoleh suatu tujuan.
Sama halnya dengan karakter pada game online Point
Blank, salah satu karakter yang disegani dalam game ini adalah Paul yang
merupakan anggota CT-Force (Counter Terorist-Force), dia disebut juga dengan
acid Pool karena gaya bicaranya yang lucu. Setelah lulus sebagai polisi terbaik
di University of Elite police, dia ditugaskan untuk bergabung dengan CT-Force
karena memiliki kemampuan yang tinggi dan taktik yang baik. Untuk membuktikan
loyalitas dan kepercayaannya kepada pemerintah, dia siap melawan Free Rebels
yng semalin merajalela. Free Rebels adalah Imigran yang melakukan tindakan
kriminal atau disebut dengan teroris.
Jika seorang Paul terlahir untuk membasmi para
teroris yang mengancam pemerintahan, tentu kita berpikir juga dengan teroris
yang ada di Indonesia. Lebih kurang hampir sama dengan game Point Blank ini.
Jika CT-Force kita ibaratkan dengan Densus 88 dan Free Rebels diibaratkan
teroris kawakan Dr. Azahari dkk. Tentulah sangat menarik mengikuti perjuangan
Tim Densus 88 dalam melumpuhkan teroris yang telah memiliki jaringan di wilayah
tertentu di tanah air.
Jika di dalam diriku tertanam karakter yang ada pada
Paul, tentu aku berbangga dan akan menjalankan misi terpuji ini dengan
sebaik-baik dan semaksimal sampai titik darah penghabisan. Aku akan
menghancurkan peradaban teroris yang telah menjamur di Indonesia baik dari
petinggi-petingginya hingga bawahannya. Takkan aku biarkan mereka bernafas
nyenyak di bawah payung NKRI. Begitu banyak nyawa telah melayang akibat ulah
mereka. Kebiadaban mereka harus dibayar dengan hukuman yang setimpal.
Tentunya untuk mewujudkan cita-cita luhur ini
tidaklah dengan seorang diri, dibutuhkannya tim elit khusus seperti CT-Force
agar lebih padu dan bekerjasama bahu membahu dalam membasmi teroris tersebut. Dengan
adanya tim, pekerjaan akan lebih mudah dan terorganisir dengan baik. Tentunya
seluruh personil di dalam tim elit ini merupakan polisi jebolan akademi
kepolisian nomor satu di Indonesia. Sehingga memiliki kemampuan dan strategi
perang yang mumpuni dan patut diwaspadai lawan.
Mengenai hal ini, aku pernah berbincang dengan
rekanku yang bernama Aldi.
“Al, setuju gak kamu jika negara kita punya tim elit
kayak CT-Force pada Point Blank?”
Dengan singkat dia menjawab,”Setuju”
“Apa bisa?”
“Melihat kondisi Akademi Kepolisian yang ada di
Indonesia belum begitu baik seperti di negara adidaya, Amerika
Serikat.”tambahku.
“ya emang sulit membangun sebuah tim kayak CT-Force,
paling tidak kita harus mengirim beberapa personel untuk belajar di akademi
CT-Force. Kemudian setelah pulang. Dia berbagi ilmu dengan rekan-rekannya.”
“Itu ide bagus sich, tapi butuh waktu cukup lama dan
biaya besar untuk merealisasikan rencanan tersebut al.”
Menyimak perbincangan dengan Aldi aku bermimpi untuk
menjadi seorang Paul yang memiliki kemampuan perang sangat tangguh. Dengan
senjata lengkap, suatu saat aku berada di barisan terdepan untuk memberantas
sarang terorisme di Indonesia. Mimpi seorang anak manusia yang ingin negaranya
aman dan tenteram dari teror orang-orang yang tak menghendaki kedamaian.
Setiap orang yang berjiwa nasionalis tentu
menginginkan hal demikian. Suatu kesempatan yang jarang diperoleh jika kita
dapat menjadi duta dalam memberantas terorisme di Indonesia. Tetapi di samping
itu juga, ada hal-hal yang perlu diperhatikan jika kita ingin menjadi tim elit
dalam memberantas terorime, kita harus rela mengorbankan kepentingan keluarga.
Karena tugas pokok kita adalah menjaga keamanan negara ini. Sungguh luar biasa
misi hebat ini jika kita lakukan.
Di samping itu, aku mempunyai ide yang lebih halus
dalam memberantas terorisme. Aku dan rekan-rekan lain yang merupakan anggota
tim elit menyusup ke dalam sarang teroris dengan menyamar dan mencari tau misi
yang akan dijalankan oleh mereka. Sehingga dalam setiap aksi yang akan mereka
lakukan dapat siap siaga dan meringkus tersangkanya. Dengan begitu, korban
tidak berjatuhan dan lama-kelamaan terorisme akan musnah di tanah air.
Menilik misi di atas memang sangat simpel. Namun
sangat sulit untuk direlisasikan. Tim elit harus melacak basis persembunyian
para teroris. Hal inilah yang memerlukan kejelian dalam melacak. Karena teroris
dapat menyamar dan merubah penampilan kapan saja. Perlu kejelian dan kecermatan
dari setiap personel agar tidak terkecoh dengan kecerdasan para teroris. Tim
elit perlu dibekali tidakh hanya ilmu perang, namun juga ilmu dalam membaca
karakteristik musuh yang akan dilumpuhkan. Tim elit mestinya mengetahui titik
lemah dari musuh yang akan dijinakkan agar dapat dengan mudah meringkusnya.
Aku sempat berbincang-bincang mengenai cara
pemberantasan teroris dengan teman-teman di Andalas, ada yang menjawab:”semua warga Indonesia
dilarang untuk menjadi teroris”jawab Ika, salah seorang personel Andalas.
Dermawan menjawab:”bunuh aja”.
Arif Kurniawan juga memberikan idenya,”Tutup semua
pabrik yang menproduksi senjata dan bahan-bahan pembuat senjata, supaya teroris
gak bisa menggunakan senjata untuk menjaga dirinya.”
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk membasmi
sarang terorisme di Indonesia. Namun, yang sulitnya adalah bagaimana
merealisasikannya. Masih saja terbentur dengan penerapan. Masalah klasik yang
sukar diubah dari kepribadian bangsa kita. Hal inilah yang perlu diubah oleh
generasi ke depan. Walaupun kita mempunyai banyak ide dan gagasan baru yang
luar biasa, namun jika nol dalam pelaksanaan hasilnya tentu nol juga. Suatu ide besar akan menjadi nol jika tidak
direalisasikan.
Semua
orang berhak menganggap dirinya mampu
untuk menjadi apa yang ia harapkan kelak. Seperti apa yang ada di dalam
mindsetku selama ini. Karakter Paul yang tergabung dalam CT-Force pada Point
Blank sangatlah aku sukai. Jika karakter Paul terdapat di dalam diriku, tentu
aku akan membangun tim elit tandingan CT-Force yang sengaja didesain untuk
memberantas teroris. Tentunya keahliannya sedikit berbeda dengan medan yang
diarungi. Jika CT-Force lebih ekstrem dengan aksi tembak-menembak sampai tewas.
Namun, tim yang akan kubangun lebih mengutamakan strategi melacak dan meringkus
musuh tidak secara langsung. Jadi, lebih kepada gerilya atau perang secara
diam-diam.
Dengan begitu, setiap karakter yang didesain
masing-masing memiliki kapasitas yang berimbang, baik dalam menggenjot senjata
maupun trik dan strategi membaca area musuh dari jarak jauh. Paul yang memiliki
ketangguhan dalam strategi perang lebih cocok untuk menjadi kapten. Dia dapat
memimpin tim dengan baik. Karena keputusan untuk setiap aksi dan misi dapat
dibaca dengan baik oleh Paul. Sehingga kemungkinan terkecoh oleh musuh sangat
kecil.
Dalam dunia
games, karakter Paul sangatlah digemari. Tidak hanya penampilannya yang cool,
namun kapasitas kemampuannya di atas rata-rata. Sehingga menambah minat pemuja
games Point Blank ini untuk menggunakan jasanya dalam bertarung. Jika daya imajinasi manusia bertemu dengan
akal yang sehat, tentu seseorang dapat merubah dirinya menjadi lebih baik lagi.
Karena sesuatu yang luar biasa terkadang berawal dari inovasi yang berpangkal
pada nalar atau imajinasi.
Lihatlah anak-anak di zaman sekarang, lebih banyak
menggunakan imajinasi-imajinasi liar yang sering ia lihat dalam film ataupun
games yang ia mainkan. Hal ini memicu dua dampak yang berbeda. Dampak positif
sekaligus negatif. Dampak positifnya, si anak dapat mengeksplorasi dan
mengembangkan imajinasi berpikir dalam kehidupan nyata. Negatifnya, terkadang
si anak meniru sisi negatif dari film atau games dalam bermain dan belajar.
Sehingga dapat merusak psikologi belajarnya sejak dini. Kebanyakan anak yang
gemar bermain atau berjam-jam di depan layar terkesan pintar, namun sedikit
susah diatur. Karena telah teracuni pengaruh games tersebut.
Oleh karena itu, sah-sah saja kita selaku orang tua
mengawasi keseharian buah hati kita dalam bermain. Apakah permainan yang ia
gemari dapat membantu mencerdaskan otaknya. Jika tidak, segeralah dicegah
sebelum terlambat. Jika si anak gemarnya bermain Point Blank dan mengidolakan
karakter seperti Paul, beri ia limit bermain yang cukup. Di samping untuk
hiburan bagi dirinya, juga dapat mencerdaskan otaknya. Orang dewasa saja gemar
bermain games, apalagi anak-anak yang notabene dunianya seperti itu. Kita
sebagai orang tua harus lebih bijak lagi menjadi kontrol untuk anak-anak kita.
Suatu karakter sah-sah saja kita idolakan, namun
lihat seberapa positifkah karakter yang kita elu-elukan tersebut. apakah
karakter yang kita idolakan dapat mengubah mindset seseorang menjadi lebih
baik. Jika itu benar, maka carilah karakter apa saja yang cocok dengan dirimu,
dan ambil manfaat darinya. Namun, jika kita terkecoh dengan karakter yang kita
idolai, segeralah bertobat sebelum terlambat.
Karya: Bambang Edi Susilo, S.Pd., diciptakan pada tahun 2012
ANDAI AKU JADI PAUL, AGEN CT-FORCE (Cerpen)
Reviewed by Bamzsusilo
on
Jumat, Januari 16, 2015
Rating:
Post a Comment