PJTLN In Memories #1
Saat pelatihan bersama bang Tarmizi Harva |
Almamater 21-27 Mei 2012, at UMSU.
Sebenarnya tulisan ini
terinspirasi dari seorang peserta PENA PERSMA 2014, sebut saja namanya Nurmulya
Syafitri. Sepertinya peserta yang lain harus ikut bangga ni, karena tulisan ini
berawal dari salah satu kawan PJTLN kalian dan sekaligus ini perjumpaan dengan
sahabat Dinamika yang super. Hehehehe. #sombong. Ayo, mana peserta PENA PERSMA
2014 yang katanya kena bencana. Upss, maaf maaf. Salah ucap. Maksudnya
Jurnalisme Bencana. Hehehe.
Tema ini terbilang cukup aktual
di tahun 2014 lalu. Buktinya, liat aja pesertanya cukup banyak. Hampir 30 orang
mendarat di Dinamika. Mungkin sebagian besar peserta memandang tema tersebut
makanya tertarik ikut PJTLN di dinamika. Hehehe. Dinamika jagonya buat kalian
tertarik. Maklumlah, krunya punya daya tarik yang kuat. Apalagi yang nulis ini.
Hehehe.
Aku bingung mau mulai dari
mana. Tapi dalam hati aku pengen cerita dari awal keikutsertaanku dalam setiap
agenda PJTLN yang diriku terlibat di dalamnya. Kita flashback nih kayaknya.
Karirku di PJTLN bermula di tahun 2012. Tepatnya pada acara Almamater Teropong.
Almamater adalah ajang pelatihan pers tingkat lanjut nasional yang diadakan UKM
LPM Teropong UMSU.
Kalau tidak salah peserta pada
acara PJTLN di Teropong kala itu berjumlah lebih dari 20 orang. Bisa kita
hitung dari Profesi UNM ada 3 delegasi, UM PENA Pare-Pare ada 1 orang, Dari
Redline Makassar juga ada 1 orang, Dari Solo 1 orang, Gelora Sriwijaya 3 orang,
Padang, Riau, Medan dan Aceh. Kala itu, tema yang diangkat adalah Peran Pers
Dalam Meliput Konflik. Pada pelatihan tingkat nasional perdanaku tersebut, aku
dan peserta lainnya diberi ilmu dan pengalaman oleh Mantan Ketua Dewan Pers
Bapak Atmakusumah Astraatmadja. Saat ini beliau Pimpinan LPDS (Lembaga Pers Doktor Sutomo).
Kemudian kami juga disuguhi
bekal membuat tulisan narasi bersama Mbak Linda Cristanty, mantan reporter
Metro TV. Beliau menyampaikan ketika membuat berita, berilah informasi yang
bermanfaat kepada masyarakat luas. Selain itu, kami juga disuguhi ilmu
fotografi di daerah konflik, baik itu pengamanan, teknik dan strategi yang
dibutuhkan seorang fotografer dalam meliput atau mengambil foto di daerah
konflik, karena, keselamatan kita lebih utama ketimbang foto tersebut. Materi
fotografi ini disampaikan dengan sangat apik oleh Abangda Tarmizi Harva,
fotografer senior Medan dan juga fotografer Reuters yang sudah melalang buana di daerah konflik di Indonesia.
Peserta Almamater eksis di depan Mess |
Dan yang terakhir materi dari
Pemred Tribun Medan, Abangda . beliau menyampaikan teknik wawancara dan menulis
berita. Selain itu beliau jga banyak berbagi pengalaman kepada kami mengenai
pejuang-pejuang wartawan dalam menginformasikan kepada masyarakat. Bahkan ada
yang sampai menghilangkan nyawa akibat disandera dan lainnya. Namun, dengan
tegas ia berkata bahwa jurnalis itu hobi yang menyenangkan. Banyak manfaat yang
bisa kita peroleh berprofesi sebagai wartawan.
Selain suguhan materi yang telah
kami santap, kai juga dihadiahi nonton bareng di salah satu malam di acara
Almamater ini. Tapi aku gak tau pasti film apa. Kemaren sibuk ngobrol dengan
peserta lain. Hehehe. Kami juga dikunjungi oleh rekan-rekan alumni LPM Teropong
yang diwadahi oleh FORMAT (Forum Alumni Teropong). Kala itu yang menjadi
ketuanya kalau tidak salah Bang Arifin. Salah seorang pengurus PWI Medan juga.
Satu persatu para alumni Teropong memperkenalkan dirinya kemudian sedikit
berbagi pengalaman selama menjabat sebagai kru teropong. Super sekali. Alumni
yang peduli terhadap adik-adiknya di Teropong.
Bersama Pemred Tribun, bang Abdul Haerah |
Pada kesempatan berbeda masih
di acara yang sama, kami berkunjung ke kantor Tribun Medan. Tujuannya adalah
melihat sistem dan cara kerja masing-masing bagian yang ada di perusahaan pers
tersebut. Yang unik dari Tribun Medan adalah harga surat kabarnya yang ekonomis
namun tak mengurangi nilai berita yang dikandung. Karena sebagian besar
pendapatan mereka berasal dari income iklan dari mitra kerja. Luar biasa.
Selanjutnya yang paling
mendebarkan adalah meliput berita beberapa titik kota Medan. Aku kebagian
dilokasi Mesjid Al-Mashun yang merupakan salah satu ikon kota Medan. Karena berita
yang dibuat adalah feature, aku mengandalkan inderaku untuk memperoleh data di
sekitar lokasi masjid. Tak lupa juga mewawancarai penjaga mesjid yang kebetelan
sedang di sana. Namun, sayangnya aku tak mendapatkan juara pada tulisanku kala
itu. Juaranya dimenangkan oleh Imron dari LPM Motivasi Solo.
Peserta dan Panitia di SI Gale-Gale |
Terakhir, setelah mendapat
materi yang cukup luar biasa, jalan-jalan ke Tribun Medan, ketemu dengan para
alumni Teropong, dihari terakhir kami di ajak jalan-jalan ke Danau Toba. Suasana
sejuk yang ditawarkan di daerah Danau Toba sangat menyejukkan jiwa. Selain itu,
disana kami singgah ke pusat jajanan dan oleh-oleh khas batak di Tomok. Kami juga
menikmati adegan tarian Sigale-gale. Setelah itu kami pulang ke Medan. Dan pulang
ke kota masing-masing.
Sebenarnya masih banyak pengalaman
dan cerita inspiratif yang ingin aku bagi di cerita ini. Namun, lain kali bakal
aku sambung ya. Thankz for ur attention.
PJTLN In Memories #1
Reviewed by Bamzsusilo
on
Rabu, Maret 25, 2015
Rating:
Post a Comment