Kampusku, Tempat Kerjaku
Kegelisahan seorang sarjana setelah menyelesaikan studinya
(wisuda) adalah berekspektasi mendapatkan sebuah pekerjaan. Tampaknya ini
sebuah keharusan yang wajib hukumnya di kalangan para sarjana. Harapannya selain
menaikkan identitas diri dan derajat sosial di tengah-tengah masyarakat, dirasa
sangat wajar orang yang ‘katanya’ berpendidikan tinggi akan memiliki pekerjaan yang
lebih dibanding orang-orang yang lebih rendah status pendidikannya. Ini hukum
yang lumrah di tengah-tengah masyarakat.
Lain hal pula jika dia merupakan anak seorang milyurder - walaupun
tak memiliki pekerjaan- uangnya tak habis tujuh turunan. Namun pun begitu,
tetap saja anak milyurder tersebut paling tidak menginvestasikan uang
orangtuanya sebagai pekerjaan agar terbebas dari kecaman masyarakat bahwa ia
tidak bekerja. Yang kaya saja mesti bekerja, apalagi yang miskin.
Uraian di atas memberikan sedikit pencerahan kepada kita
bahwa bekerja setelah menyelesaikan studi di perguruan tinggi adalah sangat
penting demi menjaga status sosial di lingkungan keluarga dan masyarakat. Di keluarga
saja kita mesti bersaing dengan saudara-saudari kita, apalagi dengan
tetangga-tetangga bahkan di kelurahan atau desa tempat kita tinggal. Secara tidak
langsung, pasti masyarakat beranggapan bahwa yang berpendidikan diberikan
strata sosial lebih tinggi. Dan tentunya harapan mayarakat kepada seseorang
yang berpendidikan tinggi juga lebih besar dalam membangun desa tersebut. Ini
fakta.
Yah walaupun statusku
hari ini adalah bekerja sebagai pegawai tidak tetap di kampus UIN SU,
paling tidak orangtuaku bisa menjawab ketika ditanyak mengenai statusku di
Medan. Dan inilah yang menjadi kebanggaan orangtua terhadap anaknya. Walaupun anaknya
belum dapat membalas apa yang telah diberikan hingga kuliahnya selesai. Paling tidak,
rasa bahagia melihat anaknya memiliki pekerjaan melepaskan kegundahan orangtua
yang mengidamkan anaknya sukses.
Aku pun tak menyangka, hanya satu minggu setelah sidang meja
hijau aku mendapat kabar dari dosenku dahulu dengan menawari sebuah pekerjaan. Tanpa
pikir panjang aku langsung meng-OK-kan. Pikirku dalam hati: selagi nunggu
wisuda - mengisi kekosongan dari pada gak ada kerjaan. Akhirnya sudah genap 6
bulan aku bekerja di sini. Banyak yang aku pelajari disini. Baik dari softskill
hingga hardskill harus dikombinasikan dengan cepat dan tepat.
Aku dituntut untuk mengerjakan sesuatu dengan cepat dan
tepat. Mulai dari administrasi surat (membuat dan mengarsip), mengantar surat
keluar, mendampingi di proses perkuliahan jika ada Syuting pembelajaran, meliput
acara-acara di fakultas untuk web dan menginformasikan tentang akademik di
mading-mading dan web. Namun yang lebih
seringnya hanya berdiam di kantor menunggu tamu yang datang jika bos sedang
berada di luar. Bisa saja satu hari itu
ada 5-10 tamu yang datang. Baik itu dari dosen maupun mahasiswa. Paling tidak
tugasku memberikan keterangan kepada tamu bahwa beliau sedang meeting atau acara lainnya.
Satu hal yang paling bermanfaat adalah aku mengenal hampir
seluruh dosen di fakultas ini. Kenapa tidak, segala sesuatu yang berkaitan
dengan akademik akan berdiskusi dengan bosku. Mau tak mau, aku akan menyalami
mereka satu persatu yang masuk ke dalam kantor.
Belum lagi kalau mengantar undangan kepada dosen, kan gak
mungkin gak kenalan terlebih dahulu kepada penerima surat undangan tersebut. Dengan
begitu, paling tidak kita sudah mencoba membuka relasi dengan orang-orang yang
berpengaruh besar dalam dunia pendidikan, khususnya di UIN SU tercinta.
Begitulah keseharian yang aku lakukan. Setiap hari harus
berinteraksi dengan siapa saja yang bersangkutan
dengan akademik. Kadang sesekali aku menggantikan dosen untuk mengajar di
beberapa kelas. Pengalaman luar biasa yang jarang sekali aku dapatkan. Awalnya aku
minder dan gak pede karena aku masih S1. Namun karena sudah beberapa kali jadi
terbiasa. Mudah-mudahan cita-citaku menjadi dosen sekaligus penulis inspiratif bisa
tercapai. Amiin.
Kampusku, Tempat Kerjaku
Reviewed by Bamzsusilo
on
Minggu, Juni 07, 2015
Rating:
Post a Comment