Boni Sekolah Sambil Bekerja #11
foto: google |
Sepulang sekolah, Boni bukanlah
bebas dari aktivitas yang bisa membuatnya bermalas-malasan dan berkumpul dengan
teman-teman dekat rumahnya untuk mengobrol panjang lebar mengenai apapun itu.
Melainkan ada tugas yang harus dilakukannya untuk menempah dirinya pada
kemandirian. Bukan maksud berlebihan, walaupun Boni diberi uang saku yang
cukup, ia merasa ada yang kurang pada dirinya kalau tidak mencari uang sendiri
untuk keinginan pribadinya.
So, walaupun di usianya yang
masih pengen melasak kesana kemari. Ia lebih memilih menyibukkan diri untuk
aktivitas yang dapat menghasilkan uang. Terlebih lagi ia anak laki-laki tertua
dalam keluarga kecil di rumahnya. Mau tak mau ia harus menempah dirinya untuk
mandiri lebih dini. Agar tidak terkejut nantinya ketika sudah tidak tinggal
dengan orangtua lagi. Dewasa, itu pasti yang selalu ada di benak Boni.
Waktu sekolah hingga pukul tiga
sore. Setelah itu ia manfaatkan untuk istirahat satu jam. Karena ia mulai
bekerja jam lima sore sampai jam 9 malam. Walaupun kerjanya cuma empat jam,
namun capek dan lelahnya gak ketolongan. Maklumlah, sudah lelah karena di
sekolah. Namun begitupun Boni tetap sabar dan tegar bekerja hingga jam 9 malam.
Oh iya, dari tadi belum
diberitahu. Kalau Boni bekerja sebagai pengisi galon air isi ulang. Walaupun
bekerjanya Cuma 4 jam, jumlah pelanggan tak lebih banyak dari waktu pagi hingga
sore. Karena pelanggan memang sukanya mengisi air galon pada sore menjelang dan
sesudah waktu maghrib. Begitulah. Capek-capek wajarlah buat Boni.
Ada satu kejadian menarik yang
pernah dilalui Boni. Ketika itu ada salah satu pelanggan yang sedang mengadakan
acara syukuran di rumahnya. Sehingga ia minta diantarkan 4 galon sekaligus.
Awalnya Boni sempat keberatan, karena ia kurang pandai mengendarai becak
barang. Maklum saja, ia lebih sering bawa kereta. Kalau becak barang setirnya
tidak seimbang. Namun karena sudah keburu pelanggan
tetap akhirnya Boni mengiyakan untuk mengantar 4 galon tadi.
Setelah mempersiapkan 4 galon berisi
air di atas becak barang, Boni tak lupa mengucapkan lafaz bismillah. Baru 500
meter melaju, sebenarnya firasat kurang baik sudah terlintas di fikiran Boni. Namun,
ia tetap memaksakan untuk tetap mengantar galon tersebut. Hingga sampai di rumah yang dituju, keadaan
masih baik-baik saja. Namun, ketika di jalan pulang petaka itu muncul. Tanpa disengaja
ia tak dapat mengendalikan setir becak dan menyenggol pengguna motor di arah
yang berlawanan. Tanpa ampun, pengguna motor tersebut terjerembab di pinggir
aspal seberang jalan.
Pada saat itu, Boni hanya
memandangi ke arah Bapak yang suduh berumur paruh baya. Dengan susah payah ia
mencoba bangkit dari aspal yang melukai lututnya. Tampak celananya sobek karena
terseret aspal. Boni bergegas meminggirkan becak dan menghampiri bapak
tersebut. Dengan nada bersalah Boni meminta maaf karena menyenggolnya hingga
membuatnya terjatuh.
Tak terduga, bapak tersebut
malah tersenyum dan tak mengatakan apa-apa. Ia langsung pergi sambil menyalakan
klakson dan cus hilang dari pandangan mata. Boni heran, masih ada ya orang
sebaik itu. Biasanya ketika ditabrak langsung minta biaya perobatan dan ganti
rugi. Ini mungkin peringatan, supaya lebih hati-hati lagi.
Setelah kejadian tersebut, Boni
tak pernah mau lagi mengendarai becak barang. Ketika ada orderan pun ia
menolak. Karena tak mau terulang kejadian yang sama. Walapun kejadian terakhir
tak ada korban, namun ia memilih untuk tidak mengambil resiko yang lebih besar
lagi.
Satu hal yang selalu diingat
Boni saat kejadian tersebut adalah jangan belagak pandai terhadap sesuatu jika
memang tidak mampu. Karena bisa mencelakakan diri sendiri, bahkan juga orang
lain.
Boni Sekolah Sambil Bekerja #11
Reviewed by Bamzsusilo
on
Jumat, Desember 25, 2015
Rating:
Post a Comment