Untukmu, Yang Terdampar di Ufuk Rindu
Foto: google |
Untukmu yang
terdampar di ufuk rindu, tetaplah menunggu hingga dipertemukan sang waktu.
Itu adalah sebaris kalimat yang sengaja
aku post di personal message akun bbm beberapa minggu ini. Tak ada niat di
balik postingan tersebut. Aku hanya ingin memberi tahu kepada siapapun itu yang
penasaran bahwa perihal jodoh tak dapat ditebak kapan ia akan datang.
Kehadirannya bisa seperti angin yang berhembus di tiap malam. Namun bisa juga
seperti gerhana matahari yang hanya melintas beberapa puluh tahun di Negara
Indonesia tercinta.
Mari kita pahami setiap frase yang
tersusun. Pada frase pertama memberikan informasi bahwa ada seseorang yang
masih mencari sang kekasih pujaan hatinya. Namun di batas senja, ia masih tidak
mengetahui siapakah kekasih hatinya. Tentu, menunggu adalah salah satu kegiatan
yang mesti dijalani dalam pertemuan tersebut.
Ada jarak yang memisahkan antara
kedua pasangan tersebut saat ini. Apakah jaraknya 1 km, 5 km, 50 km, 150 km,
250 km, 500 km ataukah ribuan kilometer jauhnya. Kita takkan pernah tau dan
menduga proses yang diskenariokan oleh tuhan akan pertemuan yang pada akhirnya
mempersatukan dua insan menjadi pasangan halal.
Memang merindu adalah hal yang wajar.
Merindu akan datangnya jodoh. Setiap muda-mudi yang telah beranjak dewasa bakal
merasakan periode terindah di penghujung masa mudanya. Inilah yang biasa kita
sebut masa pendewasaan di dalam kehidupan sehari-hari. Karena selain ia
berpikir bagaimana bersikap terhadap dirinya, ia juga akan mulai memikirkan
akan pasangan yang akan menemaninya dalam menjalani bahtera suci kehidupan
menuju kebahagiaan yang hakiki.
Sedangkan frase kedua memberikan
makna yang cukup dalam. Dimana seseorang dianjurkan untuk menunggu hingga
takdir mempertemukan. Karena seperti istilah yang tak asing didengar oleh
telinga kita. Tulang rusuk takkan pernah tertukar. Begitulah adanya. Kita
diminta senantiasa mempersiapkan diri seraya tuhan memberikan jodoh pada saat
yang tepat dan siap.
Jangan pernah putus asa terhadap
jodoh yang tak kunjung datang. Karena tuhan lebih mengetahui apa yang
dibutuhkan oleh hamba-Nya. Bisa jadi jodoh tidak datang saat ini dikarenakan di
waktu lain lebih memberikan hikmah yang lebih berharaga di kehidupan kita.
Makanya jangan bersu’udzhon dengan takdir tuhan. Dan jangan sekalipun mencela.
Jalani saja apa yang ada di depan
mata. bisa jadi esok, lusa, pekan depan, bulan depan dan mungkin tahun depan
barulah jodoh akan datang. Maka tunggulah itu. Karena ada cerita indah di balik
sebuah penantian suci.
Tetaplah mempersiapkan diri. Apakah
kita telah siap menjadi pemimpin yang baik buat diri sendiri. Apakah kita telah
mampu bersikap adil terhadap kehendak batin dan nafsu. Nah, bagaimana mungkin
kita dapat menjadi seorang pemimpin sebuah keluarga jika diri kita saja tak
mampu untuk dipimpin. Ngaca lah…
Mungkin ini tamparan buat siapa saja
yang merasa. Tak perlu menutup mata, kita paham dengan keinginan ibu mertua.
Mereka tak ingin anaknya dititipkan kepada pria yang tak memiliki reputasi mentereng dalam membimbing anaknya.
Akhirnya cerita kita semakin melebar
entah kemana. Padahal di awal hanya ingin bercerita mengenai rindu di ujung
senja. Malah kebablasan hingga pagi untuk menghirup segarnya udara. Apalagi
ditemani dengan secangkir kopi bertemankan Koran Analisa (ups, iklan). Sehingga
suasana pagi menjadi lebih terasa berharga.
Tapi tak apalah ya sobat. Ini hanya
bagian dari curhatan hati yang terkadang merasa penat. Akibat belenggu
kerinduan yang tak sempat berjabat. Karena cinta akan hadir pada saat yang
tepat. Biarlah saat ini menanti dengan harapan dan doa yang terpanjat. Yang
pada akhirnya dipertemukan dengan selamat. Dengan persetujuan kedua belah pihak
pada janji suci bernama akad.
Semoga. Aku dan kamu yang masih menanti di ufuk rindu.
Untukmu, Yang Terdampar di Ufuk Rindu
Reviewed by Bamzsusilo
on
Kamis, Maret 24, 2016
Rating:
Post a Comment