Boni, Sang Perantau I (Ada Cinta Di Balik Tujuan Merantau) #Serial ke 16
foto/google |
Siang itu sangat terik. Matahari dengan kegarangannya melumat
kulit tangan muda-mudi yang sedang berjalan menuju halte penumpang. Tak lain
untuk menaiki angkutan umum. Dengan menggunakan ransel berisi beberapa pasang
pakaian untuk kebutuhan 3 hari. Cukuplah untuk pelajar yang telah menyelesaikan
studi 3 (tiga) tahun di Aliyah dan mulai mencoba untuk menjadi perantau di kota
besar demi melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan.
Mereka dengan teratur menyeberangi jalan yang ditaburi
ratusan kenderaan berseliweran tiap menitnya. Terdengar suara klakson sepeda
motor dan angkutan saling bertabrakan menambah hiruk pikuk kota yang telah
berubah menjadi metropolitan ini. Kanan kiri terlihat gedung berdiri dengan
kokoh seakan menjangkau langit. Beberapanya ada gedung tua, dengan corak dan
desain keeropaan menambah indah dan langka pemandangan kota ini.
Saat tiba di halte, mereka berbeda arah tujuan.
Sehingga angkot yang akan ditumpangi juga berbeda. Mereka bertiga, Boni,
Putra dan Nova saling bertukar salam mengakhiri perjalanan bareng dari kampung untuk mengikuti tes ujian masuk perguruan
tinggi negeri di Medan. mereka bertekad menembus perguruan berkelas yang ada di
Medan. sebut saja USU dan Unimed. Boni berharap bisa berkuliah di FMIPA Unimed
dengan prodi Pendidikan Matematika atau Pendidikan Kimia.
Sedangkan Putra tak jauh berbeda. Dia ingin berkuliah di
prodi Pendidikan Kimia dan Pendidikan Fisika. Sama dengan prodi yang dipilih
Nova. Walaupun mereka mendaftar untuk ikut serta pada tes masuk kali ini
berbarengan, namun lokasi ujian tidak sama. Mereka berpencar masing-masing di
lokasi yang berbeda. Karena sistem online, sehingga
teracak secara nasional sesuai dengan abjad. #sepertinya.
Dalam
perjalanan, angkot dipenuhi penumpang. Boni melihat sekeliling wajah para penumpang
yang berpeluh keringat di dahi. Ada yang mengelap dengan tisu, ada juga yang
mengelap dengan baju di lengannya. Boni tak ketinggalan. Angkot yang merupakan
kendaraan langka untuk
dinaiki dalam hidupnya, akhirnya turut dirasakan. Tiba-tiba
perasaan aneh menggelayuti pikirannya. Bukan karena derasnya keringat yang
mengalir, melainkan angin keikhlasan yang akan merobek pertahanan di lubang ekskresinya. Yah, dia kebelet kentut.
Ya ampun. Waktunya gak tepat loh Bon. Akhirnya di memilih untuk diam dan
merapatkan kedua kakinya yang melebar. Sedikit tertahankanlah.
Belum lagi ditambah bau menyengat keringat bapak-bapak paruh
baya yang kelihatannya seorang kuli bangunan. Boni paling anti mencium aroma
negatif seperti ini. Ia akan muntah jika terus-terusan menghirup bau ketek pria
dewasa yang aromanya sangat menjengkelkan hidung. Buat eneq. Uweeeeek.
Belum lagi aksi supir angkot yang memacu dengan kecepatan
tinggi untuk berebut penumpang. Sopir lebih rela memilih dimaki ibu-ibu
penumpang karena balap-balap ketimbang mendapat sanjungan karena mengendarai
angkot dengan santai. Ini lumrah, hampir semua supir angkot yang berusia muda
memacu angkot dengan kencang.
Tujuan Boni ke Lau Dendang. Sebuah desa yang terletak tidak
jauh dari kampus UNIMED dan IAIN SU. Namun sudah termasuk ke dalam wilayah
Pemkab Deli Serdang. Jarak tempuh dari stasiun ke Lau Dendang memakan waktu
sekitar 30 menit. Di sana ia kan menumpangi kontrakan omnya yang kebetulan
masih kuliah.
Sampainya di Simpang Beo (simpang terdekat dari rumah
kontrakan omnya), Boni dijemput om. Setelah bersalaman, mereka melaju dengan
sepeda motor omnya. Di sela-sela perjalanan, Om bertanya,” Gimana kabar si
adek?”
“Sehat om, dia sudah daftar kelas I SD om,” jawab Boni.
“Wah, cepat ya, gak minta ikut dia? Kan lagi libur ini?”
tanya om lagi.
“Gak lah Om, sama neneknya dia. Ntar neneknya gak bisa tidur
kalau cucu kesayangannya pergi-pergi,” jawab Boni.
“hahaha,”
Boni teringat
dengan masa lalunya ketika pengumuman kelulusan masa SMA. Dia ingin berkuliah
di Medan bersama rekan-rekannya, terkhusus si Doi. Dalam mimpi dan angannya, ia
berharap dengan kuliah di kampus yang sama, semakin mempererat hubungan
silaturahmi yang telah dijalin sejak kelas XI SMA. Karena harapan mereka
selesai kuliah dapat melanjutkan hubungan yang lebih serius, pernikahan.
Dan tampaknya
perjuangan untuk menuju ke arah itu tidaklah mudah. Boni harus meyakinkan
orangtuanya agar diizinkan kuliah di Medan. Karena, ayahnya menginginkan ia berkuliah
di dekat daerah ia tinggal, biar sekalian kerja dan bantu-bantu keluarga di
rumah. Karena biaya hidup di Medan juga lumayan besar seperti makan, biaya kos
dan lain-lain.
Namun, boni
berusaha meyakinkan orangtuanya. Singkat cerita, akhirnya Boni diizinkan dengan
beberapa pertimbangan. Apa saja pertimbangannya, tunggu lanjutan kisahnya di
serial berikutnya.
Dapatkan 15 serial kisah boni dengan mengetik "Boni" di kolom pencarian. Ada kisah menarik yang dapat kalian nikmati.
Boni, Sang Perantau I (Ada Cinta Di Balik Tujuan Merantau) #Serial ke 16
Reviewed by Bamzsusilo
on
Sabtu, April 23, 2016
Rating:
Post a Comment