Benci dan Cinta Itu Hampir Tak Berjarak
Hadist riwayat
(HR) Turmidzi:"Cintailah orang yang engkau cintai itu
sekedarnya saja, sebab barangkali suatu hari dia akan menjadi orang yang engkau
benci, dan bencilah orang yang tidak engkau sukai itu sekedarnya saja sebab
barangkali suatu hari dia akan menjadi orang yang kamu cintai."
foto: google |
Jarak antara
benci dan cinta itu berdekatan. Kalimat ini pernah kudengar dari beberapa
teman-teman. Sebenarnya aku setuju dengan kalimat tersebut. Jika itu berlaku
bagi anak SMA yang masih alay dalam mengemukakan perasaan.
Masa SMA
diibaratkan masa yang sangat spesial dan tak terlupakan. Ini juga falsafah
turun temurun yang tak terbantahkan. Karena setiap pelaku kriminal yang sempat
menikmati masa SMA juga bakal setuju dengan pernyataan tersebut.
Yah, dua
paragraf di atas merupakan dua variabel yang akan penulis coba kupas pada
kesempatan yang berbahagia ini. Karena penulis merasa yakin dan perlu untuk
mengungkap tabir yang terbenam di dalam rahasia masa SMA dan segala bumbu-bumbu
asmara yang menyertainya.
Baik, mari kita
mulai…
Jika kutanya
para pembaca sekalian, adakah yang tidak merasakan cinta di masa SMA. Kurasa
semua jawabannya adalah tidak. Masa SMA adalah masa yang di dalamnya terdapat
kisah asmara yang sangat sulit dipahami akal sehat. Karena masa remaja juga
dihadapkan pada kesulitan membagi waktu antara belajar, berkumpul dengan
teman/geng, kegiatan sekolah dan dengan si doi atau orang yang disukai. Mau tak
mau pasti ada yang dikorbankan, baik itu cinta dan rekan satu geng.
Mengapa cinta
dan rekan satu geng yang kerap menjadi korban? Karena waktu belajar dan
kegiatan sekolah begitu berkembang biak dan sangat sulit untuk ditinggalkan.
Lagian, tentu anak SMA takkan sanggup mengganti harapan orangtua yang
memintanya untuk belajar sunggguh-sungguh hanya karena waktunya terbagi dengan
sang doi.
Satu lagi, rekan
geng biasanya mendapatkan tempat yang kurang strategis di hati anak SMA.
Nampaknya join kental sampai duduk di kelas dengan kursi yang berdekatan, ke
kantin bareng, pakai asesoris berwarna dan motif yang sama, bahkan punya
sebutan geng yang nyentrik di hadapan teman-teman sekelasnya. Namun semua itu
akan jelaga hanya karena besarnya cinta kepada orangtuanya. Mau tak mau, rekan
satu geng harus bernasib sama dengan sang doi.
Namun tak jarang
terjadi juga pada beberapa anak SMA, bahwa perasaan sayang kepada doi dapat
mengalahkan segalanya, termasuk orangtua dan kegiatan belajar di sekolah. Dan
ini diperparah dengan adanya gejolak di dalam jiwa yang terkadang tak dapat
dibendung. Ini bahaya. Sebaiknya harus dikontrol dan diawasi orangtua dan guru.
Karena akibat desakan dari dalam diri, timbullah hal-hal negatif seperti
penyimpangan seksual, bahkan parahnya sampai penyiksaan dan pembunuhan jika
salah satu dari mereka tak dipenuhi hasratnya. Serem kan..
Itulah mengapa
rasa sayang di masa SMA itu tak sedahsyat dengan rasa sayang pasangan yang
benar-benar sudah memiliki ikatan resmi, yaitu menikah. Karena sayangnya
pasangan yang sudah halal dan dibalut dengan bingkai pernikahan akan lebih
romantis dan bermakna ketimbang sayangnya pasangan alay remaja SMA. (karena aku
juga pernah merasakan).
Dan pada
akhirnya, anak SMA yang tersakiti misalnya sang doi meninggalkan tanpa sebab
yang pasti akan meninggalkan luka dan berakhir pada kebencian. Dan ini
diperparah jika di antara pelaku kriminal kelas teri di masa SMA tersebut
sampai mengorbankan orangtua dan masa depannya yang paling berharga. Semoga
tidak.
Benci dan Cinta Itu Hampir Tak Berjarak
Reviewed by Bamzsusilo
on
Rabu, Agustus 10, 2016
Rating:
Post a Comment