Sadar
Aku sadar banyak khilafnya. Aku juga sadar, khilaf yang
kulakukan itu dengan sadar. Bahkan kesadaran ini hampir belum menyadarkan kalau
aku benar-benar sadar telah bersalah. Namun aku berpikir, jika terus menerus
salah dan sudah tau sadar salah, namun tetap dilakukan, apa adil namanya?
Secara sadar pun aku anggap tidak adil.
Dengan penuh kesadaran, kuucapkan terimakasih yang sudah
berani menyadarkan. Walaupun kau begitu sabar, tapi pada akhirnya ada titik
jenuhnya juga. Kusadari itu. Mungkin ada penyesalan yang terbersit secara sadar
dalam benakmu. Tapi, ingatlah itu sebagai amalmu yang tak bosan mengingatkan
kebandelan yang menggerogoti tindakperbuatanku.
Sebagai sesama manusia, tak salah saling mengingatkan.
Walaupun yang diingatkan tetap juga tak sadar. Itulah namanya jalan dakwah.
Selalu menemui jalan terjal untuk misi yang mulia. Bahkan para pendahulu kita
juga kerap mendapatkan perlakuan negatif demi tegaknya syariah nubuwwah.
Mungkin puncaknya telah terlewati. Emosi juga kulihat tak
terkendali. Makanya pilihan terbaik saat itu diam dan mengamati. Karena tak ada
guna bara yang menyala disemprot dengan cairan beroktan 90. Malah tambah marak
suasananya. Dan lebih menggila lagi akibatnya. Dan bakal menjadi ruwet pada
akhirnya.
Kecewa, pasti. Namun itu bukanlah pilihan yang tepat. Tapi
diusahakan apa yang diminta akan direalisasikan. Karena ini bukan lagi sekedar
ucapan. Bosan menelan ludah berulang-ulang. Lelah juga sering memberi luka
mendalam. Walaupun gak dalam dalam kali, tapi cukup terasa sampai ke ulu hati.
Kan kuperbaiki rasa
yang melenceng ini. Kan kubenahi sayang yang tak berlandasan ini. Bukan karena
kau, tapi karenaNya. Semoga konsisten dengan ucapan. Karena tindakan lah yang
mestinya terealisasikan.
Aku tunggu takdir di kesempatan kedua. Aku tunggu ucapan
sampai jumpa lagi. Semoga kita berjodoh di lain waktu. Keep istiqomah ya Move
On Nya. Move on dalam arti yang sesungguhnya.
Sadar
Reviewed by Bamzsusilo
on
Minggu, September 18, 2016
Rating:
Post a Comment