Membalut Mimpi Dengan Doa
foto:google |
Aku masih menunggu jawaban dari ketidakteguhan hatiku selama
ini. Bukannya tak ingin mengulang kesalahan yang sama. Hanya saja nyaliku
terciut oleh paradigmamu dalam menafsirkan sebuah mimpi.
Atau karena aku yang
tak berani mengambil langkah untuk menjemputmu lebih cepat. Jujur aku tak mampu melakukannya saat ini.
Aku belum cukup
amunisi untuk membuat kau tersipu malu ketika melihatku. Aku tak begitu
gentlemen menghadapi terpaan yang akan menghinggapi jika kuberanikan diri
berbicara apa adanya. Bukankah itu terlalu cepat.
Kini waktu tak lagi menunggu. Keadaan juga semakin cepat
berlalu. Harapan yang ada juga semakin mengejarku untuk menemukanmu di
persimpangan waktu. Adakah kau menungguku di persimpangan itu?
Aku tak bisa memaksamu untuk tetap berada di tempat yang
sudah kita janjikan bersama. Aku tak bisa memintamu untuk tetap menungguku di
persimpangan perjalanan itu.
Namun aku mengharapkan kita bersama-sama menjalani
segala pahitnya kehidupan dari awal hingga akhir. Aku akan berupaya menjadi
nakhoda terbaikmu melewati medan terjal yang bakal mengganggu mimpi kita untuk
bersatu.
Yakinlah pada niat suci yang pernah kita torehkan. Bukan maksud
untuk mendefenisikan takdir lebih awal. Hanya saja jika tak ada tujuan yang
hendak kita capai, apalah arti dari kehidupan ini. Sedangkan Ia juga menyuruh
kita untuk senantiasa berusaha meraih asa.
Jalan panjang masih terpampang. Keinginan dan harapan masih tetap
menjulang. Jika kau yakin dan percaya, mari sama sama kita wujudkan dengan
meminta bantuan kepada-Nya. Sehingga usaha yang terjalin ini dapat terberkati
di masa depan.
Membalut Mimpi Dengan Doa
Reviewed by Bamzsusilo
on
Jumat, Oktober 28, 2016
Rating:
Post a Comment