Eksplore Bandung
Bermalam di Alun-Alun
Jum’at (30/12/2016) ba’da maghrib tim omline bergerak ke pengkolan
Gedung Blok F Tanah Abang menunggu angkutan umum menuju Terminal Beringin. Butuh
dua angkutan untuk tiba di terminal yang menghantarkan kami ke Kota tempat
Ridwan Kamil bertugas. Angkutan pertama masih sama seperti yang ada di Medan
(cthnya: 103, 11 dll). Sedangkan angkutan kedua seperti bus berukuran lumayan
besar dan ada lorong untuk berdiri dengan pegangan tangan bergantungan di bawah
langit-langit bus. Karena bus sudah hampir penuh, akibatnya kami mengambil
posisi berdiri dan bergantungan karena terpaksa.
Cukup lama, sekitar 30 menit kami baru tiba di Terminal Rambutan yang terletak di .
awalnya kami bertanya kepada petugas yang berdiri di sekitaran arela terminal
perihal bus yang bertujuan ke Bandung. Tak butuh waktu lama, bus pun kami
peroleh. Hanya saja kelas ekonomi namun sudah memiliki fasilitas AC. Maklum
saja, tarifnya hanya 50 ribu.
Setelah membeli perlengkapan makanan dan minuman untuk bekal
di bus, kami menduduki kursi kosong yang tersedia. Penumpang cukup padat, namun
masih ada beberapa kursi kosong yang belum dijamah penumpang. Tepat pukul 20.30
WIB bus meluncur meninggalkan kawasan terminal. Aku senang karena tak butuh
waktu lama bus telah melaju.
Namun aku heran, setelah meluncur sang supir tak kunjung
menarik pedal gas dengan kecepatan
normal. Terdengar suara kernek bus mengajak orang-orang yang berdiri mungkin
menunggu angkutan di pinggir jalan untuk naik. Hingga sekitar 20 menit melaju
dengan kecepatan sekitar 10 km/jam akhirnya bus benar-benar melaju meninggalkan
ibukota.
Di sepanjang perjalanan, aku tak biarkan kedua mata untuk
terpejam. Karena aku takkan bisa dan mampu melewatkan tiap ruas jalan dan
pemandangan yang disuguhkan bahkan mulai dari naik angkot dari rumah tadi.
Kebiasaan ini memang hal yang tak bisa aku singkirkan sejak kecil. Karena aku
suka pemandangan dan tempat-tempat baru yang aku kunjungi. Di sepanjang jalan
aku melihat tiap ruas bangunan dan alamat yang tertera di tiap plang yang
tertera di depannya. Namun tak banyak tempat yang bisa kuhapal. Karena aku
yakin bakal melewati rute ini kembali beberapa waktu lagi. Suatu saat. Seperti
ya yang banyak dibicarakan orang, bahkan media. Bandung adalah salah kota
paling maju di tanah air.
Perjalanan mulai memasuki rute jalan tol. Aku tak tahu pasti
tol apa yang sedang dilewati. Karena yang kualami setiap beberapa menit
melintas, akan memasuki gerbang tol yang baru. Mendengar cerita petugas di bus,
ternyata rute yang dilewati tidak sesuai seperti biasanya. Karena ada jembatan
di tol yang menghubungkan Jakarta-Bandung terputus. Akibatnya bus sesekali
melintas di jalan perkotaan. Akhirnya hampir 4 jam, tibalah di terminal Panjang
yang berada di Kota Bandung. Tujuan selanjutnya adalah Masjid Raya Bandung.
Karena kebetulan kami belum menuntaskan kewajiban Sholat Isya.
Sempat bertanya tujuan dari terminal ke masjid, akhirnya kami
memilih taksi karena tidak ada pilihan kendaraan lain. Cukup 5 menit ternyata
sudah sampai di masjid. Aku mulai merasakan cuaca seperti di Berastagi, Sumut
saat menghirp udara di Bandung. Pada saat itu waktu menunjukkan pukul 1
dinihari. Aku terkejut ketika tiba di alun-alun masjid yang ramai di sekeliling
areal. Kebanyakan sedang tidur. Ada yang di beranda masjid, halaman dan
lapangan alun-alun. Aku takzim melihat kota ini. Kota yang bersih dan rapi.
Manusianya juga disiplin dan ramah-ramah. Areal masjid tak terlihat sedikitpun
sampah. Berbeda dengan kampungku, Kisaran. Tapi sekarang mungkin sudah berbeda,
colek Buya Taufan Gama.
Setelah membasuh wajah dengan air wudhu dan menunaikan sholat
isya, kami bergegas menuju alun-alun untuk merebahkan badan. Berharap esok ayam
berkokok dan suara azan shubuh membangunkan untuk melanjutkan petualangan di
Kota penuh cerita ini. Tak perlu lama pikiran mulai menelusuri alam bawah sadar
dan mulai terlelap. Ngok=ngok. Suara dengkur mulai bersahutan di sekeliling
areal alun-alun yang memang dipadati masyarakat yang datang dari daerah maupun
sekitar hanya sekedar untuk menikmati malam yang indah di rumah Allah.
Tak begitu lama terpejam, azan membangunkanku. Kulihat
petugas masjid bergerilya membangunkan pelancong dan masyarakat yang terbaring
di areal masjid. Wah, keren ya kan? Pahala mereka banyak ya kan. Aku mulai
berbegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengambil shaf di
depan. Awalnya sempat bingung masuk ke dalam masjidnya yang mana, karena akan
melewati labirin yang membingungkan jika pertama kali masuk ke masjid.
Di pagi hari sekitar pukul 6.00 WIB alun alun mulai
diramaikan pedagang minuman panas dan jajanan. Hal ini dimanfaatkan beberapa
orang guna meraup rezeki. Ketika kutanyai, kebanyakan pedagang ini berasal dari
luar kota. Mulai dari Medan, Padang, Jakarta dan kota lain di Pulau Jawa.
Bahkan ada yang bermarga batak, jadi reunian. Tapi gak ada diskon pulak pas
beli minumannya.
Perjalanan baru akan dimulai setelah melewatkan persinggahan
di masjid. Destinasi selanjutnya adalah Pemandian di air terjun yang biasa
dikenal di Jawa namanya curug. Perjalanan selanjutnya akan di ulas di serial
berikutnya.
Eksplore Bandung
Reviewed by Bamzsusilo
on
Jumat, Januari 27, 2017
Rating:
Post a Comment