Perihal Ibukota - Kota Tak Pernah Tidur
Saat menginjakkan kaki di ibukota 7 bulan yang lalu, satu hal
yang masih teringat adalah kota tak pernah tidur. Selepas mendarat di Bandara
Soeta, pukul 22.30 WIB, aku langsung menuju terminal Damri yang akan menghantarkanku
ke Terminal Gambir. Di jalanan aku tak melewatkan sedikitpun pemandangan yang
ada. Karena ini baru pertama kali. Jangan sampai ada yang terlewatkan, pikirku.
Terlewatkan wanita cakep > yang ini becanda.
Hampir 45 menit lewat perjalanan, akhirnya aku tiba di
Terminal Gambir dengan disuguhi ikon Jakarta, yaitu Monas. Tak sah rasanya jika
berkunjung ke Jakarta melewatkan Monas. Itu sih kata orang-orang. Bagiku saat
ini, Monas sudah menjadi jalanan tiap Minggu pagi saat CFD. (btw CFD itu car
free day ya). Sekitar jam ½ 12, sekitaran Monas masih ramai dikunjungi. Karena
di sekitarannya banyak panganan (jajanan) untuk para pengunjung. Aku sempat mencicipi
Mie Ayam bakso, rasanya beda. Aku tak sanggup habiskan sak mangkuk-mangkuknya.
Di ibukota, para pencari uang sangat getol (rajin). Biasanya
ada 2-3 mata pencaharian bagi orang jakarta. Karena kalau berharap hanya pada
satu pekerjaan, bagi para suami gak bakalan di kasih pintu oleh istri, karena
membawa rezeki yang pas-pasan. Apalagi yang single, bakalan gak berani datang
ke rumah wanitanya untuk mempersunting. Karena tingginya harga sebuah mahar.
Semuanya serba mahal. Jadi, kamu harap bersabar ya.
Ketika hidup di daerah baru, tentu kebiasaan juga akan
berubah. Setidaknya tidak meninggalkan jatidiri selama ini. Hal ini yang
terjadi padaku. Biasanya, selepas pulang kerja, nongki-nongki adalah kebiasaan
yang tak pernah dilewatkan. Sekaligus jalan-jalan mengamati perkembangan yang
terjadi di ibukota. Dan itu satu hal yang mengasikkan bagiku.
Dengan perkembangan industri yang berpusat di ibukota,
semakin memudahkan bagiku menelaah bidang industri mana yang sedang memuncaki
pasar global. Dan menariknya adalah itulah pengetahuan baru yang menjadi
hobiku. (maklum, jiwa wartawan masih belum move on dari jiwaku). Dan sedikit
bnayak membantu untuk menjelajahi keliaranku dalam mengindentifikasi suatu
peristiwa.
Salah satunya industri konveksi pakaian yang berkiblat di
Jakarta. Hal ini menandakan Jakarta masih dipercaya sebagai lokasi strategis
bagi investor untuk berjudi mengembangkan bisnis di bidang pakaian. Karena pedagang
daerah juga belum bisa menjatuhkan pilihan destinasi lain untuk berpindah pasar
berbelanja. Karena persaingan harga dan kualitas barang yang teteap dijaga oleh
para pebisnis di bidang tekstil tersebut. Herannya ketika aku melewati beberapa
konveksi rumahan beberpaa waktu lalu, sekitar pukul 23.30 WIB masih dalam
proses pengerjaan. Alias lembur. Ini masih dalam ruang lingkup kecil, sebagai
sampel.
Jika kita beralih ke bidang transportasi, tak heran jika
masih ada driver ojek online yang masih nongki-nongki menjelang subuh. Gila bukan.
Begitulah adanya. Ibukota memang tak pernah tidur. Bahkan untuk transportasi
massal seperti commuter line dan busway transjakarta beroperasi hingga tengah
malam. Apalagi tansportasi perseorangan.
Belum lagi jika kita mengamati lokasi kuliner yang ada di
ibukota. Tak heran kebanyakan ada yang beoperasi nonstop 24 jam. Jika kalian
mengamati hampir seluruh aktivitas yang berkaitan dengan bidang pekerjaan akan
tetap ‘hidup’ di ibukota. karena kebutuhan dan gaya hidup manusianya mewajibkan
itu ada. Ok, sekian aja tulisan kali ini. Semoga ada serial selanjutnya
yangmembahas sudut ibukota yang terkadang tak terpikirkan oleh kita.
Perihal Ibukota - Kota Tak Pernah Tidur
Reviewed by Bamzsusilo
on
Sabtu, Agustus 12, 2017
Rating:
Post a Comment