Pemilu 2019: Pembuktian Dalam Kedewasaan Berdemokrasi
Hitungan
beberapa bulan lagi bangsa yang telah hampir 2 dasawarsa memercayakan sistem
pemerintahannya dengan demokrasi akan melaksanakan hajatan pemilu serentak. Tentu
sebagai masyarakat yang peduli terhadap keberlangsungan kedaulatan NKRI, ikut
menyuarakan dan memberikan pemahaman politik adalah tugas bersama. Pasti, kita mengharapkan akan lahir pemimpin yang
mampu membangkitkan perjuangan untuk membangun bangsa ke arah yang lebih baik.
Foto: RMOL.CO |
Dan
harapan di atas mustahil tercipta jika kita sebagai masyarakat tidak ikut serta
dalam pagelaran 5 tahunan ini. Alangkah naifnya jika kita nyinyir di medsos
menyalahkan regulasi pemerintah yang menurut kita tidak sesuai dengan
konstitusi, namun ternyata kita malah golput saat pemilu nantinya. Ini namanya
pengibulan hak dan kewajiban.
Kita
boleh berempati pada parpol ataupun elit politik. Namun sebaiknya kita cukupkan
saja di dalam hati. Tak perlu menghujatnya di medsos dengan anarki. Biarlah
rakyat yang menghukumnya dengan tidak memberi suara di pemilu nanti.
Namun yang perlu diyakini adalah kita harus tetap memberikan suara di pemilu tahun ini. bukan berniat hanya melepaskan kewajiban bernegara. Melainkan menuntaskan mimpi pendiri bangsa agar Indonesia menjadi negara yang disegani di mata dunia. Saah satu caranya dengan memilih eksekutif dan legislatif yang benar benar bekerja atas nama rakyat, jujur dan berintegritas.
Tentu
saat ini kita akan sangat mudah menilai caleg ataupun capres yang bakal
dipilih. Bagaimana rekam jejaknya semasa hidupnya. Apakah benar dapat dan mampu
membawa Indonesia ke arah yang lebih baik atau tidak. Tentu penilaian tersebut
haruslah objektif. Tanpa melibatkan perasaan ini dan itu.
Selain
itu, kita juga sebagai masyarakat akan dipertontonkan pagelaran pemilu yang
akan mengubah masa depan bangsa. Apakah pemilu serentak tahun ini benar-benar
melahirkan nilai nilai demokrasi yang santun dan beradab.
Semua
itu akan lahir jika masyarakat turut serta meredam perang politik yang terjadi
di dunia nyata maupun maya. Kita sebagai masyarakat yang beradab, tidak ikut
terlarut dengan getolnya para pendukung paslon presiden yang benar benar
militan meraup suara. Bahkan ada yang sampai menyebarkan ujaran kebencian untuk
menjatuhkan lawan.
Seperti dilansir Sindonews.com beberapa waktu lalu, Ketua Umum
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie dan Direktur
Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraeni
mengaku sepakat semua elemen bangsa mengembalikan ajang Pilpres 2019 ini
sebagai ajang pendidikan politik yang mencerdaskan dan meneguhkan persatuan.
Apalagi, pilpres merupakan agenda yang sangat penting bagi sejarah dan
pembangunan bangsa Indonesia ke depan.
Sedangkan kepada masyarakat, Jimly berharap dalam memilih
pemimpin harus sesuai dengan hati nurani. Dengan begitu, masyarakat bisa
melihat kinerja dan karakter masing-masing pasangansecara lebih jernih.
“Jadi tugas kita harus mendidik masyarakat untuk berpikiran
dengan baik sehingga dapat menghadapi perkembangan keadaan saat ini,”ungkapnya.
Nah,
sehingga momen pemilu serentak kali ini benar benar akan menentukan arah
demokrasi di Indonesia ke depannya. Apakah akan dinodai oleh kita sendiri, atau
kita ikut peduli menyebarkan kedewasaan berpolitik. Tentunya tanpa harus
menghalalkan cara cara kotor dan narasi narasi negatif di media demi mendulang
suara. Kamu punya andil.
Pemilu 2019: Pembuktian Dalam Kedewasaan Berdemokrasi
Reviewed by Bembengers
on
Minggu, Februari 03, 2019
Rating:
Sepakat!, terkadang kebanyakan dari kita hanya bisa menjudge dari soaial media akibat tangan-tangan lihai..
BalasHapus