Emansipasi Yang Seutuhnya
Cerita ke 13
Melihat geliat perempuan yang berani tampil di publik sebagai seorang pemimpin adalah buah dari emansipasi wanita. Kini, kita tak canggung lagi melihat Presiden adalah seorang wanita, Ketua DPR adalah wanita, pekerjaan berat dipikul oleh wanita dan masih banyak lagi.
Tentu
ini adalah hal yang baik bagi kemajuan suatu bangsa. Tandanya sebuah negara tidak
diskriminatif terhadap kaum hawa. Siapa saja bisa berkarya asalkan memiliki
kapasitas yang memadai. Tak lagi dipengaruhi perbedaan gender. Itu poin
positifnya.foto: Google
Namun
kali ini aku tak ingin membahas itu. Melainkan bagaimana cara menjaga marwah
wanita seutuhnya. Emang marwah wanita gimana sih Bang? Ya gak gimana-gimana, cuma
dia punya tanggungjawab yang lebih besar lagi dalam membangun generasi muslim
yang harusnya lebih baik.
Wanita
kan diciptakan Allah untuk melengkapi seorang Pria. Makanya wanita itu tulang
rusuknya pria. Dalam Hadits Shahih dijelaskan bahwa seorang wanita didiciptakan dari tu;lang rusuk, sedang tulang rusuk
tersebut adalah bagian tulang yang bengkok. Jika kamu berusaha meluruskannya
maka dia aan patah, makanya bersikap baiklah pada wanita.
Sehingga
seorang pria harus tau cara memperlakukan wanitanya dengan cara yang baik, tanpa
menyakiti hati dan perasaannya, tanpa mengucapkan kata-kata yang kasar. Karena sejatinya
ia memiliki hati yang lembut. Dan hati yang lembut sangat sensitif dan peka. Pria
harus hati hati.
Maka,
wanita jangan merasa pria lebih biak jika seorang hakim itu kebanyakan seorang
pria. Karena memang Allah menciptakan pria dan wanita bukan untuk berkompetisi,
namun untuk saling mengisi. Jika seorang pria bekerja mencari nafkah, maka
wanita bertugas di rumah dan mengurus anak-anak.
Jikapun
wanita ingin berkarir juga, tentu ini tak melalaikan kodratnya sebagai seorang
wanita. Dan yang terpenting atas izin dari suaminya. Karena seorang wanita yang
bertanggungjawab melayani suami dan anak-anaknya lebih berharga ketimbang
memiki jabatan tinggi di luar sana namun abai dengan fitrahnya sebagai wanita.
Emansipasi
yang aku maksud adalah wanita tersebut mampu profesional sebagai seorang ibu
yang baik buat anak-anaknya dan istri yang bertanggungjawab penuh melayani suami
yang dicintainya. Terlepas dia berprofesi sebagia apa, kewajiban utamanya
adalah itu tadi.
Jadi
jika ada wanita yang bekerja seharian penuh karena hanya memikirkan keegoisan
dan tanpa persetujuan suaminya, maka wanita tersebutlah yang mencoreng makna
emansipasi tadi. Wanita tersebut terlalu sempit memaknai arti emansipasi.
Jadi,
buat waita-wanita hebat di luar sana, kamu boleh mengekspresikan diri sebebas-bebasnya,
menampilkan kemampuan kamu sebisa-bisanya, namun perlu diingat, bahwa itu tidak
akan berguna jika anak anak dikorbankan, terlantar. Sehingga tak mendapatkan
pendidikan dan kasih sayang seorang ibu secara maksimal saat berada di rumah. Karena
sebagian besar waktunya habis bekerja di luar.
Sampai
sini, mungkin kita paham yaa. Pilihan tetap ada di kamu, kaum wanita.
Post a Comment